REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anugerah Hari Puisi Indonesia digelar di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Rabu malam (12/10). Selain dihadiri Wakil Presiden Yusuf Kalla, helaran ini pun dihadiri Menag Lukman Hakim Saifuddin. Bahkan, dalam kesempatan itu menag pun didaulat untuk membacakan puisi. Ini dua puisi yang dibawakan oleh Menag.
Dengan nada dan intonasi suara yang sedikit berat, sesekali lantang di beberapa bait puisinya, Menag menyampaikan puisi pertamanya, Sandikala
SANDIKALA
Sandikala
Siang berselang
Malam menjelang
Sandikala
Mentari hendak sembunyi
Rembulan ingin tampakkan diri
Sandikala
Menyengat bau asap kemenyan
Merebak semerbak wewangian
Sandikala
Ada yang terus meniup api untuk memperbesar kobarannya
Ada yang tak henti meniup api untuk memadamkannya
Sandikala
Sebagian membakar kesumat
Yang lain berharap rahmat
Sandikala
Banyak yang menghujat
Tak sedikit yang bermunajat
Sandikala
Kata-kata ingkari fakta
Niat mulia hadapi angkara murka
Sandikala
Awal petaka tiba
Ataukah akhir segala prahara
Tuhan, Jagalah Indonesia...
Selanjutnya, Menag membacakan puisi keduanya yang berjudul, Agama, Konstitusi dan Kita.
AGAMA, KONSTITUSI DAN KITA
Bagaimana posisi agama dalam konstitusi kita
Mari kita simak bersama
Kemerdekaan kita
Diraih berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa
Penyelenggara negara kita
Bersumpah sesuai agamanya saat memulai kerja
Sistem peradilan kita
Melingkupi empat yang salah satunya peradilan agama
Pengaturan pelaksanaan Hak Azasi Kita kita
Bisa dibatasi undang-undang atas pertimbangan agama
Tujuan pendidikan nasional kita
Meningkatkan iman taqwa dan akhlak mulia
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Ilmu pengetahuan kita
Dimajukan dengan menjunjung tinggi nilai agama
Dan negara kita
Berdasar kepada ketuhanan yang maha esa
Tapi mengapa
Prahara masih saja bersama kita
Mungkin karena agama
Masih di kata-kata
Mungkin karena agama
Belum menjelma nyata
Menjadi tindak kita..