REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan penyaluran kredit akan kembali pulih pada kuartal II 2017. Bank sentral pun merevisi pertumbuhan kredit menjadi 10-12 persen dari sebelumnya 12-14 persen.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, revisi ini dilakukan karena melihat kondisi pertumbuhan kredit yang cukup tertekan di 2016. Menurutnya pemulihan baru akan terlihat pada kuartal II 2017.
"Dan ini akan membantu bahwa pertumbuhan kredit 2017 kita perkirakan 10-12 persen. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) kita perkirakan 9-11 persen, jadi pertumbuhan kredit itu yang relatif baru betul-betul siap recover di akhir kuartal II 2017 juga pengaruhi koreksi," tutur Agus di Jakarta, Kamis (17/11).
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, ada beberapa penyebab masih lesunya penyaluran kredit di awal tahun depan. Perbankan masih berkonsentrasi dalam memulihkan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL), yang saat ini berada di kisaran 3,4 persen secara gross.
Pemulihan rasio NPL ini dilakukan perbankan dengan menaikkan biaya pencadangan, sehingga menekan laba perseroan. Selain itu, perbankan juga lebih berhati-hati untuk menyalurkan kredit.
"Perbankan masih memerlukan pencadangan makanya penyaluran kredit masih belum yang diharapkan," katanya.
Oleh karena itu, bank sentral pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi keseluruhan pada 2017 menjadi 5,0-5,4 persen dari sebelumnya 5,1 -5,5 persen.