REPUBLIKA.CO.ID, HAIFA -- Warga Israel di Haifa memadati supermarket dengan barang bawaan dan belanjaan, Kamis (24/11). Sekolah, taman kanak-kanak hingga universitas terpaksa digunakan untuk arena menginap sementara. Kebakaran di Haifa memaksa sekitar 80 ribu orang mengungsi.
Warga lanjut usia diberi ruang di rumah sakit untuk menetap sementara. Lebih dari 130 orang dilarikan ke rumah sakit karena luka ringan. Sebagian besar mereka kesulitan bernafas karena menghirup asap.
Haaretz melaporkan sebagian besar warga sudah bisa pulang dari rumah sakit. Dua penjara di dekat Haifa pun terimbas dan harus dievakuasi. Sejumlah rumah dan mobil dilaporkan rusak.
Jalan tol yang menghubungkan Yerusalem dan Tel Aviv melalui Tepi Barat terpaksa ditutup sejak Kamis pagi. Kebakaran lain telah mencapai kota Modi'in. Sekitar 300 siswa pun harus dievakuasi dari sekolah di Talmon, permukiman Israel di wilayah okupasi Tepi Barat.
Baca: 80 Ribu Warga Israel Dievakuasi karena Kebakaran
Pemadam kebakaran terus berupaya menjangkau sejumlah lokasi untuk mengatasi bencana. Namun kondisi badai kering dan angin kencang membuatnya sulit teratasi. Diperkirakan cuaca seperti ini akan berlanjut hingga pekan depan.
Sejumlah negara seperti Siprus, Rusia, Italia, Kroasia dan Yunani telah mengirim bantuan, termasuk pesawat pemadam api untuk mengurangi kebakaran. PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan otoritas juga sudah menghubungi perusahaan AS untuk mengoperasikan 'Supertanker'.
Dilansir dari BBC, Jumat (25/11), Kekeringan selama dua bulan ditambah dengan angin kencang membuat api di hutan kota terbesar ketiga Israel itu terus menyebar.
Kebakaran ini juga mengancam rumah-rumah di Yerusalem dan Tepi Barat. Dewan kota Haida mengatakan sejumlah permukiman terputus dari aliran listrik.