REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemenang tender proyek Gelora Bung Kano (GBK), Dody Triono (59 tahun) ditemukan meninggal dunia dengan bersimbah darah, Selasa (27/12) kemarin. Penyidik pun membawa jasad Dody bersama lima jenazah lainnya ke rumah sakit Polri Kramatjati untuk dilakukan autopsi.
Pengusaha properti tersebut diduga dibunuh oleh kawanan perampok yang menyambangi rumahnya. Namun hasil autopsi menyebutkan bahwa enam jenazah tersebut meninggal dunia karena kekurangan oksigen akibat disekap di dalam kamar mandi.
"Jadi hasil autopsi menyatakan korban meninggal karena kekurangan oksigen dalam darah. Ini hasil autopsi tadi malam dan hari ini mungkin hasilnya diberikan ke penyidik," jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Rabu (28/12).
Memang kata Argo, jenazah pemilik rumah Dody ditemukan dalam kondisi bersimbah darah yang diduga terkena luka tusuk. Namun setelah dilakukan autopsi menyebutkan bahwa pembuluh darah Doddy pecah sehingga menyebabkan darah keluar dari hidungnya.
"Memang ada luka tusuk di tubuh Doddy tapi ternyata tidak ada darah mengalir dan darah membasahi almarhum itu dari hidung. Karena ada sumbatan jadi pecah pembuluh darah," kata dia.
Untuk diketahui dalam aksi penyekapan tersebut enam orang meninggal dunia. Mereka di antaranya Dodi Triyono, Diona Arika Andra (16), Dianita Gemma Dzalfayla (9), Amel, teman anak korban, Yanto, dan sopir Tasrok.
Baca juga: Begini Cerita Amel Sebelum Meninggal di Pulomas Versi Ibundanya