Senin 09 Jan 2017 10:31 WIB

Pengacara Buni Yani Minta Kasusnya Dihentikan

Rep: Muhyiddin/ Red: Dwi Murdaningsih
Tersangka kasus dugaan penyebaran kebencian Buni Yani menunjukkan surat permohonan Praperadilan di PN Jakarta Selatan, Jakarta, Senin (5/12).
Foto: Antara/Reno Esnir
Tersangka kasus dugaan penyebaran kebencian Buni Yani menunjukkan surat permohonan Praperadilan di PN Jakarta Selatan, Jakarta, Senin (5/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buni Yani kembali akan diperiksa oleh penyidik Ditreskrimsus Polda Metro Jaya hari ini, Senin (9/1), sebagai tersangka kasus pelanggaran Undang-Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Sampai saat ini, berkas pengunggah video pidato dugaan kasus penistaan agama, Ahok, tersebut tak kunjung lengkap. Karena itu, pengacara Buni Yani meminta proses penyidikan kasus itu pun dihentikan.

"Ada surat panggilan untuk pemeriksaan tambahan dengan tuduhan pasal yang sama, pada tanggal 9 Januari pukul 10.00 pagi," ujar pengacara Buni Yani, Aldwin Rahadian melalui pesan singkatnya, Ahad (8/1) malam.

Aldwin mempertanyakan nasib berkas pemeriksaan kliennya yang telah dilimpahkan ke kejaksaan tersebut. Menurut Aldwin, kini berkas tersebut dikembalikan lagi ke Polda Metro Jaya pada 19 Desember 2016 karena dianggap tidak lengkap.

Hingga saat ini, kejaksaan belum menerima perbaikan berkas tersebut. Aldwin mengatakan, seharusnya berkas tersebut sudah diperbaiki dan dikembalikan ke kejaksaan dalam tenggat waktu 14 hari sesuai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

"Karena itu menurut kami penasihat hukum, pemeriksaan tambahan yang melewati batas waktu pengembalian berkas 14 hari ini tidak sah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Jaksa Agung RI pasal 12 ayat 5 tentang SOP Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum," ujar dia.

Aldwin menambahkan, penyidik Polda Metro Jaya sejak awal memang terlalu memaksakan perkara yang menjerat kliennya tersebut. Karena itu, Aldwin meminta agar status tersangka terhadap kliennya digugurkan dan proses proses penyidikan dihentikan.

"Jadi sebaiknya kepolisian atau kejaksaan segera saja menghentikan proses penyidikan," kata Aldwin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement