REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sidang kasus penistaan agama oleh Gubernur Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jalan RM Harsono, Pasar Minggu, Jakarta Selatan dikeluhkan banyak pihak. Sebab membuat lalu lintas di sekitar kawasan Ragunan macet.
Para siswa yang lokasi sekolahnya berada di seputar Kementan harus menempuh waktu lebih lama. Begitu pula dengan para pekerja. Hanya pedagang kaki lima (PKL) yang tampaknya tak berkeberatan. Sebab, mereka menangguk keuntungan dari sidang tersebut.
Seorang pedagang bernama Eni Kuswati (35) menyatakan pendapatannya melonjak dua kali lipat dari keuntungan pada hari biasa. Sehari-harinya Eni berjualan minuman dan makanan ringan dengan kisaran harga untuk minuman Rp 3 ribu - Rp 5 ribu/botol sedangkan untuk goreng-gorengan serta mie instan berkisar harga Rp 2 ribu - Rp 6 ribu/porsi.
"Biasanya, hanya dapat Rp 200ribu tetapi karena ada sidang kadang dapat sampai Rp 500 ribu," tutur Eni saat sidang kedelapan Ahok berlangsung pada Selasa (31/1).
Eni mengungkapkan bahwa pembeli dagangannya berasal dari pendemo, polisi, dan pers yang menghadiri sidang Ahok di sekitar Jalan RM Harsono.
"Pembelinya itu ya orang-orang demo, polisi-polisi, dan wartawan yang meliput sidang," kata Eni.
Senada dengan Eni, seorang pedagang handuk, Edi (54) juga mengungkapkan pendapatannya cukup meningkat. Berbeda jika dibandingkan dengan pendapatannya ketika berjualan di pasar.
"Ya, lumayan juga kalau ke pasar saya dapat Rp 100ribu, tapi kalau di sini Rp 150ribu," jelas Edi.
Sidang kedelapan kasus Ahok terlihat semakin ramai oleh pendukung maupun penenentang Ahok. Dari pantauan Antara, keamanan untuk pendukung dan penentang Ahok masih dipisahkan dengan jarak sekitar 300 meter dengan diberi pembatas kawat berduri.