Kamis 23 Feb 2017 15:48 WIB

Nelayan Diimbau Hindari Interaksi Langsung dengan Paus Orca

Kawanan paus pembunuh atau ‘Orcas’, ditemukan di mulut Sungai Derwent, di selatan Hobart.
Foto: Kane Bowmann
Kawanan paus pembunuh atau ‘Orcas’, ditemukan di mulut Sungai Derwent, di selatan Hobart.

REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Koordinator Konservasi Spesies Laut WWF-Indonesia Dwi Suprapti mengimbau nelayan untuk menghindari interaksi langsung dengan paus orca (Orcinus orca).

"Interaksi langsung antara manusia dan paus orca sangat tidak disarankan. Potensi bahayanya sangat besar bagi manusia, dengan mempertimbangkan ukuran paus orca, kecenderungan perilaku paus orca sebagai predator," ujar Dwi di Gorontalo, Kamis (23/2).

Alasan lainnya adalah bahaya penyakit zoonosis akibat bersentuhan langsung dengan paus orca atau mamalia laut liar pada umumnya. Jika menemukan paus orca dalam berbagai kondisi, warga maupun nelayan disarankan untuk secepatnya naik ke atas kapal, bila sedang berada di dalam air.

"Jangan ikut berenang bersama atau mengejar paus orca. Jika ingin mendokumentasikannya, maka harus menjaga jarak minimal 10 meter dari paus tersebut," tambahnya.

Bila paus itu terdampar, WWF menyarankan tidak menyentuh badan paus tanpa seizin dokter hewan dan dengan perlindungan tertentu.

WWF juga meminta orang yang bertemu hewan predator tersebut untuk mencatat dan melaporkan temuannya kepada UPT Kementrian Kelautan dan Perikanan seperti Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (LPSPL) atau Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL).

Paus orca atau paus pembunuh terpantau ada di perairan Gorontalo dalam sebulan terakhir oleh para penyelam dan nelayan. Pertemuan dengan hewan tersebut terjadi pada 8 Februari 2017 di perairan Teluk Tomini oleh sekelompok penyelam yang sempat mendokumentasikannya melalui foto.

Sementara pada 18 Februari 2017, sebuah video penyelamatan paus Orca di Gorontalo tersebar di media sosial. Dalam video berdurasi 2 menit 50 detik itu nelayan berusaha membebaskan paus orca yang masuk dalam jaring kapal pamo. Kapal pamo tersebut milik nelayan Kabupaten Bone Bolango, Ansar Rahman dengan sejumlah Anak Buah Kapal (ABK) yang sedang mencari ikan.

Upaya penyelamatan dilakukan dengan merobek jaring dan merelakan tangkapan ikan sekitar dua ton lepas, agar hewan tersebut bebas dari jaring. Nelayan-nelayan yang beroperasi di perairan tersebut kerap melihat kehadiran paus orca, namun tidak berniat untuk memburunya dan sengaja menangkapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement