Selasa 28 Feb 2017 19:23 WIB

Mensos: Jangan Ada Lagi Jamila dan Sadikin di Indonesia

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nidia Zuraya
Rembuk Republika yang dibuka Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa
Foto: Halimatus Sa'diyah
Rembuk Republika yang dibuka Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa berharap tak ada lagi 'Jamila' dan 'Sadikin' yang menjadi penyebab naiknya angka kemiskinan di Indonesia. 'Jamila' merupakan kependekan dari 'jadi miskin lagi.' Adapun 'Sadikin' merupakan singkatan dari 'sakit jadi miskin.'

'Jamila' umumnya terjadi pasca bencana. Khofifah mengatakan, bencana dapat membuat angka kemiskinan di sebuah daerah langsung melonjak drastis hingga 80 persen. Sebabnya, selain karena rumah dan segala isinya hancur, kebun dan sawah warga juga rusak sehingga tak bisa berproduksi.

"Kalau saya menyebutnya 'Jamila', jadi miskin lagi. Tadinya sudah tidak miskin, lalu tiba-tiba ada bencana jadi miskin lagi," ujar Mensos dalam acara Rembuk Republik di Museum Bank Indonesia, Selasa (28/2).

Sementara 'Sadikin' terjadi dalam kondisi sebuah keluarga yang hartanya habis terkuras untuk biaya pengobatan anggota keluarganya. Sehingga, keluarga yang sudah sejahtera terpuruk menjadi miskin.

Agar dua kondisi tersebut tak terjadi, Kementerian Sosial telah memiliki program andalan yang disebut Program Keluarga Harapan (PKH). Lewat PKH, keluarga penerima manfaat mendapatkan layanan kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS), layanan pendidikan lewat Kartu Indonesia Pintar (KIP), serta bantuan peningkatan kesejahteraan melalui e-wallet dan e-waroeng. Adapun untuk kasus bencana, Kementerian Sosial juga memiliki program bantuan khusus yang bertujuan untuk mengangkat kembali perekonomian warga.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement