REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Sejumlah elemen menggagas kegiatan penanaman pohon di kawasan hulu Sungai Cikapundung, Dago, Kota Bandung, akhir pekan lalu. Tanaman yang dipilih jenis bambu.
Ada seribu pohon bambu ditanam dalam kegiatan yang diselenggarakan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat itu. Kegiatan ini juga diikuti perwakilan sejumlah perbankan di Jawa Barat. Menurut Ketua Perbanas Jawa Barat Rudy Kurniawan, penanaman seribu pohon bambu ini ditujukan sebagai upaya turut menjaga kelestarian alam di hulu Sungai Cikapundung.
Rudy menyebut, keberadaan pohon bambu ini dapat mencegah terjadinya erosi dan menjaga daerah resapan air. “Selain untuk suplai oksigen, juga untuk mencegah erosi,” kata Rudy.
Dalam jangka panjang, Rudy mengatakan, keberadaan pohon bambu itu juga dapat mendukung aktivitas ekonomi industri kerajinan. Ia menjelaskan, bambu yang ditanam di kawasan hulu Sungai Cikapundung itu berbeda dengan jenis yang ada di Indonesia. Bambu yang dipilih berasal dari Meksiko. “Bambu ini tidak memiliki rongga kosong pada batangnya, sehingga sangat padat dan kuat laiknya kayu yang bernilai ekonomi lebih tinggi,” ujar dia.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan, penanaman bambu di hulu Sungai Cikapundung sudah dimulai Jumat (14/4). Pada hari pertama itu ada 900 bambu yang ditanam. Sisanya kemudian ditanam saat kegiatan seremoni keesokan harinya. Iwa menilai, bambu sangat tepat ditanam di hulu sungai karena memiliki kemampuan menjernihkan air. Selain itu, kata dia, tanaman tersebut juga dapat menyimpan banyak cadangan air.
Menurut Iwa, penanaman bambu ini juga dapat berdampak terhadap peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat. Setelah berusia dua tahun, kata dia, bambu sudah siap dipanen. Hasilnya dapat dijadikan bahan untuk pembuatan kerajinan. “Bambu ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Jepang saja sampai butuh bambu ke kita, tetapi kita tidak bisa memenuhi. Kita lebih mengedepankan masyarakat dulu,” kata Iwa.