REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasus campak di Kabupaten Gunung Kidul sampai Juni tahun ini sebanyak tujuh anak. Sedangkan di kabupaten lainnya kasusnya rendah, paling hanya 1-2 kasus atau bahkan tidak ada.
"Kasus tersebut termasuk tinggi dan menjadi keprihatinan kami. Tetapi tidak kami kategorikan KLB (Kejadian Luar Biasa) karena ada di beberapa wilayah. Dinyatakan KLB Campak bila di satu wilayah endemis ada lebih dari lima kasus,’’ kata Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastutie pada wartawan usai menghadiri rapat paripurna di DPRD DIY, Kamis (8/6).
Campak ini timbul karena beberapa tahun yang lalu anak tidak diimunisasi campak. Di Gunungkidul sekitar 3-4 tahun yang lalu pencarian anak yang diimunisasi sedikit. Kalau di kabupaten lain anak yang diimunisasi bisa mencapai ratusan anak, tetapi di Gunung Kidul hanya 50-60 anak.
Menurut Pembayun, anak tidak diimunisasi Campak karena ada yang merasa tidak perlu. "Ada orang tua yang memandang bahwa anak tidak sakit kok disuntik,’’ katanya. Karena itu, ia berharap agar media massa baik cetak maupun elektonik ikut mengedukasi masyarakat tentang perlunya imunisasi.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, dengan banyaknya kasus Campak di Gunung Kidul akan menurunkan angka capaian imunisasi di DIY. Campak ini gejalanya sama seperti Rubella, antara lain panas dan ruam merah.
Tahun ini di DIY akan dilakukan imunisasi Rubella (MR) target sasaran anak-anak sekolah. Tahun lalu angka capaian imunisasi di DIY mencapai 90 persen dan tahun ini ditargetkan 95 persen.