REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Agus Budianto menyebut ada 22 kawah yang perlu diwaspadai di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah.
"Ada 22 kawah di Dieng dan yang paling maut itu adalah Kawah Timbang," katanya seusai jumpa pers di Posko Nasional ESDM di Jakarta, Senin (3/7).
Berbeda dengan Kawah Sileri, Kawah Timbang berbentuk rekahan yang tidak memiliki air dan hanya gas saja. Gas yang terkandung di antaranya karbon dioksida (CO2) dan asam sulfida (H2S) yang berbahaya bagi kehidupan.
Meski berbahaya, Agus mengaku tidak bisa memprediksi kapan pengeluaran dan pengumpulan energi Kawah Timbang. Oleh karena itu, pemantauan yang dilakukan pihaknya menjadi salah satu indikator untuk menentukan status gunung api tengah berbahaya atau tidak.
Status gunung api dari normal, waspada, siaga dan awas menjadi prediksi Badan Geologi kepada masyarakat untuk bersiap menghadapi ancaman bencana gunung meletus. "Kawah Timbang ini ada masa turun dan masa meningkat. Artinya ada masa pengeluaran dan pengumpulan energi. Fluktuasi itulah yang kami monitoring," ujarnya.
Selain Kawah Timbang, beberapa kawah utama seperti Sinila dan Sikidang juga berada di zona dataran tinggi Dieng. "Yang paling sering memang di Sileri, sesuai dengan catatan sejarah masa lalunya dan karakteristiknya," ucapnya.
Sebelummya, pada Ahad (2/7) pukul 11.54 WIB, terjadi letusan freatik kawah Sileri, yang mengeluarkan material lumpur dengan jarak lontaran sekitar 50 meter ke arah utara, selatan dan tempat wisata waterboom.
Dampak letusan freatik kawah Sileri tersebut menyebabkan 17 orang luka-luka ringan yaitu wisatawan yang berjarak sekitar 20 m dari bibir kawah Sileri atau tidak mengikuti rekomendasi di atas 100 meter.
Padahal, Badan Geologi Kementerian ESDM sejak April 2017 sudah merekomendasikan tidak mendekati bibir kawah Sileri, Gunung Dieng, dalam radius kurang dari 100 meter.
Pasalnya, sebelum kejadian pada Minggu, telah diawali satu letusan freatik pada 30 April 2017 dengan ketinggian sekitar 10 meter dan jarak lontaran sekitar satu meter dari bibir kawah. Letusan freatik berikutnya pada 24 Mei 2017 yang menyebabkan luapan air antara 1-2 meter dari bibir kawah.