Ahad 27 Aug 2017 19:32 WIB

Pembangunan RS Indonesia di Rakhine tidak Terganggu Konflik

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Budi Raharjo
Militer Myanmar berjaga di negara bagian Rakhine yang merupakan wilayah Muslim Rohingya tinggal.
Foto: AP Photo
Militer Myanmar berjaga di negara bagian Rakhine yang merupakan wilayah Muslim Rohingya tinggal.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bentrokan kembali terjadi antara pihak yang mengatasnamakan gerilyawan Rohingya dengan aparat keamanan Pemerintah Myanmar pada Jumat (25/8). Akibat bentrokan tersebut, puluhan orang meninggal dunia dan ribuan Muslim Rohingya melarikan diri ke perbatasan Bangladesh.

Medical Rescue Commite (MER-C) yang sedang membangun Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Myanmar berharap pihak-pihak yang sedang bentrok segera mengambil jalan diskusi agar tidak banyak jatuh korban. Meski demikian, MER-C menginformasikan pembangunan RSI di Myanmar tetap berjalan.

Presidium MER-C, Dr Sarbini Abdul Murad mengatakan, proses pembangunan RSI tidak terganggu dengan bentrokan yang terjadi pada Jumat (25/8). Pembangunan RSI didukung semua pihak, termasuk Pemerintah Myanmar, umat Islam, Buddha dan masyarakat umum lainnya.

Ia mengungkapkan, setelah berdirinya RSI diharapkan dapat menjadi peredam konflik di Myanmar. "Diharapkan dengan cepatnya berdirinya Rumah Sakit, mudah-mudah bisa menjadi simbol perdamaian dengan adanya Rumah Sakit Indonesia itu," kata Sarbini kepada Republika, Ahad (27/8).

Ia menyampaikan, MER-C saat ini sedang melaksanakan proses pembangunan RSI di wilayah Muaung Bwe, Mrauk U, Provinsi Rakhine, Myanmar. MER-C berharap pihak-pihak yang saat ini sedang bentrok segera melakukan dialog untuk menyelesaikan masalah.

Di harapkan semua pihak yang terkait dengan konflik di Myanmar bisa duduk bersama untuk melakukan komunikasi guna mencari solusi penyelesaian masalah dengan jalan terbaik. MER-C meyakini kekuatan dialog dapat menyelesaikan konflik, seperti di Aceh, bisa damai karena dialog.

"Kalau dialog tidak dibangun, akan sulit saling pengertian, dialog inilah yang akan membuat saling pengertian antara semua elemen di Myanmar," ujarnya.

Sarbini menerangkan, RSI yang sedang dibangun MER-C diperuntukkan untuk umum, artinya untuk semua komunitas agama. RSI ini akan menjadi simbol netralitas. Masyarakat Muslim dan non-Muslim akan berobat bersama-sama di RSI.

Masyarakat yang sedang berobat akan bertemu, saling sapa dan berbicara. Secara perlahan akan membuka pintu saling percaya antara semua komunitas di Myanmar. RSI dibuat oleh MER-C, Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dan PMI.

"Jadi dengan ada Rumah Sakit ini maka masyarakat dan Pemerintah Myanmar bisa melihat di Indonesia harmonis antar umat beragama, buktinya RSI ini didirikan oleh komunitas Muslim dan Buddha," jelasnya.

MER-C menginformasikan, proses pembangunan RSI sudah sampai pengurugan, bulan ini sedang dibuat pagar. Pada Oktober mendatang akan dibuat rumah untuk dokter dan paramedis. Setelah itu baru akan dibangun bangunan Rumah Sakit. Ditargetkan pertengahan 2018 RSI bisa dioperasikan.

MER-C juga akan membangun sarana air bersih di sekitar RSI. Sebab, masyarakat di sana kesulitan mendapatkan air bersih. Dokter dan paramedis dari Myanmar akan dilatih di Indonesia.

"Diharapkan mereka bisa belajar bagaimana dokter Indonesia melayani pasien-pasien yang tidak melihat kelas dan status. Dokter melayani pasien secara profesional dan atas dasar rasa kemanusiaan," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement