REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 40 jiwa pengungsi Etnis Rohingya, Myanmar, tercatat masih berada di Indonesia dan nasibnya masih diperhatikan. Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan, jumlah pengungsi Rohingya di Tanah Air saat ini terlaporkan sekitar 40 jiwa.
Posisi saat ini pengungsi ada di karantina Imigrasi Medan dan sebagian ada di wilayah Aceh. Seperti diketahui pengungsi Indonesia terdampar di Indonesia pada 2015 karena mereka diusir ke laut oleh Malaysia dan Thailand.
"Kondisi (pengungsi) sekarang sudah sangat baik dan tinggal menunggu penyelesaian dokumen untuk pindah ke negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia, dan lain-lain," katanya saat dihubungi Republika, Senin (4/9).
Ia menambahkan, pemerintah menerima pengungsi untuk transit di Tanah Air demi alasan kemanusiaan.
Kemenkes, kata dia, memang hanya menjadi pendukung kebutuhan badan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) urusan pengungsi (UNHCR) / IOM jika pengungsi membutuhkan layanan kesehatan di rumah sakit umum daerah (RSUD) atau fasilitas kesehatan lainnya. Namun, ia menegaskan dimanapun tempatnya kalau ada pengungsi yang sakit dan butuh fasilitas maka pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) terdekat yang menanganinya.
"Kasus melahirkan dan perawatan awal bayi pengungsi di puskesmas terdekat," ujarnya.
Sementara UNHCR dan IOM yang merawat pengungsi ini. Semua kebutuhan logistik kesehatan dan kebutuhannya menjadi tanggungan UNHCR atau IOM.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Oscar Primadi menambahkan, Indonesia bersama UNHCR sejak 2015 memang terus bersama memperhatikan pengungsi Rohingya.
"Kami masih menjaganya (pengungsi Rohingya di Indonesia)," ujarnya.