Rabu 18 Oct 2017 17:43 WIB

Praktisi: Kemenangan Setnov di Praperadilan Untungkan KPK

Praperadilan Setya Novanto (ilustrasi)
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Praperadilan Setya Novanto (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Praktisi hukum Yosep Parera menilai, putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan yang mengabulkan gugatan praperadilan Ketua DPR Setya Novanto, justru menguntungkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam menanggani kasus korupsi KTP-el. Hal itu, karena KPK bisa mengevaluasi prosedur penyidikan kasus tersebut.

"Ditinjau dari jendela ilmiah, putusan praperadilan itu justru menguntungkan KPK dalam upaya mewujudkan keadilan dalam penanganan perkara korupsi tersebut," kata Yosep di Semarang, Rabu (18/10).

Yosep mengatakan, jika ditelaah putusan yang dijatuhkan hakim tunggal Cepi Iskandar justru mengoreksi prosedur penanganan perkara oleh KPK yang tidak sesuai. Dalam putusannya, kata dia, hakim menyatakan berkaitan dengan alat bukti yang digunakan untuk menjerat Setya Novanto tidak bisa digunakan karena masih disita atas nama pelaku lain dalam tindak pidana korupsi tersebut. Seharusnya, lanjut dia, alat bukti yang akan digunakan tersebut diperbaharui administrasinya.

"Seharusnya dijelaskan kalau alat bukti yang akan digunakan untuk disita guna penanganan perkara atas nama tersangka Setya Novanto, bukan atas nama pelaku yang sudah diadili," kata Ketua Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Semarang itu.

Selain itu, lanjut dia, surat perintah penyidikan yang dikeluarkan oleh KPK seharusnya tidak mencantumkan nama tersangka karena proses pengumpulan alat buktinya belum terpenuhi. Putusan praperadilan itu, menurut dia, justru mengoreksi prosesdur penyidikan yang belum sesuai aturan.

Hal tersebut, kata dia, justru akan menguntungkan KPK karena menutup potensi putusan bebas Pengadilan Tipikor jika kasus tersebut masuk dalam persidangan. "Kalau kemarin praperadilan itu ditolak, justru kesalahan prosedur penyidikan itu akan membuka peluang Setya Novanto diputus bebas oleh pengadilan," katanya.

Dengan hasil praperadilan ini, lanjut dia, maka prosedur penyidikan yang benar bisa dilakukan. Ia menilai kasus dugaan korupsi E-KTP yang diduga menyeret nama Setya Novanto bisa disidik ulang dengan prosedur yang benar.

"Kalau memang prosedur yang dilakukan KPK salah apakah harua dibela," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement