REPUBLIKA.CO.ID, PULAU MANUS -- Pencari suaka dan pengungsi di detensi imigrasi Pulau Manus, Papua Nugini, pada Rabu (1/11) malam mulai menggali sumur untuk menemukan air. Sebanyak 600 pria terus bertahan dalam detensi tersebut meskipun petugas imigrasi meminta mereka meninggalkan lokasi yang secara resmi telah ditutup tersebut.
Pasokan air, listrik dan makanan ke detensi ini telah dihentikan setelah penutupan resmi dilakukan pada Selasa. Foto-foto yang diambil oleh pengungsi asal Kurdi-Iran sekaligus wartawan Behrouz Boochani menunjukkan sejumlah pria tampak menggali tanah.
Dia menulis di akun Twitternya, "Ini daerah tropis dan mereka pikir akan bisa mendapatkan air tawar".
Dalam pemberitahuan terakhir yang dikirim petugas imigrasi pada Ahad malam, para penghuni diberitahu Angkatan Bersenjata PNG akan mengendalikan lokasi tersebut mulai Rabu. Peringatan itu menyebutkan siapa pun yang memilih bertahan akan terkena pemindahan paksa dari pangkalan militer di sekitar situ.
Para pencari suaka, setelah diberitahu pasokan akan dihentikan, mulai mengumpulkan air hujan dalam tong-tong sampah. Namun tanpa adanya air keran, para pendukung pengungsi khawatir dengan penurunan kondisi sanitasi kamp secara cepat.
Para tahanan saling berbagi makanan yang tersisa, namun beberapa penghuni mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa persediaan makanan hampir habis. Mereka diberi cukup makanan untuk bertahan hanya sampai penutupan resmi kamp tersebut pada Selasa.
Menteri Urusan Sosial Australia Alan Tudge kemarin menolak tuduhan fasilitas akomodasi alternatif yang dimaksudkan menampung para pengungsi masih belum selesai dibangun.
Dubes PBB Urusan Pengungsi Nai Jit Lam berada di Pulau Manus memantau upaya pemindahan pengungsi dari detensi imigrasi. Awal pekan ini, Nai Jit Lam memeriksa dua fasilitas akomodasi yang ditujukan buat pengungsi dan mengatakan salah satu akomodasi bernama West Lorengau Haus belum rampung.
"Masih ada pekerjaan besar yang berlangsung. Kami melihat alat-alat berat masih ada," katanya.
Menlu Julie Bishop yang bertindak sebagai Pejabat Perdana Menteri menjelaskan para pengungsi harus pindah ke akomodasi baru, yang menurut Pemerintah Australia akan menelan biaya makanan dan keamanan senilai 250 juta dolar AS untuk 12 bulan ke depan.
Sementara Pejabat Pemimpin Oposisi Tanya Plibersek mengatakan situasinya ditangani secara buruk. "Saya khawatir dengan apa yang tampak seperti membangun tong bubuk dan saya tidak akan berpura-pura tak khawatir," kata Plibersek.
ABC/Reuters
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.