REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) terus melakukan program-program pemantauan, pengawasan, dan stimulasi agar harga beras tetap dalam kondisi murah. Masyarakat pun bisa memperoleh beras dengan harga terjangkau, yakni Rp 8.000 per kilogram, di 3.000 Toko Tani Indonesia (TTI) yang tersebar di seluruh nusantara.
“TTI memberikan beras yang terjangkau dengan masyarakat. Warung-warung bahkan restoran banyak yang memakai beras medium dari TTI karena rasanya enak dan masih segar, berasnya langsung dari petani,” kata Kepala BKP Kementan Agung Hendriadi saat berkunjung ke TTI Acar di Jalan HayamWuruk, Yogyakarta, Kamis (23/11).
Menurut Agung, beras yang dipasok ke TTI diambil langsung dari petani dan tidak pernah masuk gudang. Petani memasok gabah mereka langsung ke Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM). PUPM kemudian menggiling gabah petani dan langsung mengemasnya ke dalam kemasan-kemasan khusus. Dari PUPM, beras-beras yang sudah dikemas tersebut kemudian dipasok ke TTI.
“Jadi, beras di TTI ini tidak pernah masuk gudang. Begitu dikemas langsung didistribusikan ke TTI, sehingga kandungan gizi dan rasanya pun lebih enak dari beras medium lain yang beredar di pasar,” kata Agung.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta, Arofah Noor Indriyani, mengatakan kehadiran TTI di tempat-tempat strategis, seperti di permukiman dan pinggir-pinggir jalan pertokoan maupun perumahan, sangat membantu masyarakat dalam mendapatkan beras berkualitas dengan harga terjangkau.
Saat ini, kata Arofah, ada 10 Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) yang bermitra dengan PUPM di Yogyakarta. Mereka memasok beras ke 43 TTI yang tersebar da di DIY.
“Ke depannya, kami akan menambah lagi 10 Gapoktan dan juga menambah TTI sebanyak 20, sehingga masyarakat bisa mengakses pangan dengan mudah dan harganya terjangkau,” kata Arofah.
Pemilik Toko Acar yang menjadi salah satu outlet TTI di Yogyakarta, Benyamin Pratikno, menyatakan, banyak masyarakat biasa yang kini menjadi langanannya. Selain itu, beras-beras di TTI Acar juga banyak diminati pedagang kecil, seperti pedagang bubur ayam, pedagang soto, dan warung-warung nasi yang ada di seputar TTI.
“Pembeli beras di toko kami macam-macam orangnya. Selain masyarakat biasa yang sudah menjadi langganan, banyak juga pedagang di sekitar sini yang belanja,” ujar Benyamin.
Menurut Benyamin, dia bisa menjual 5 kuintal beras medium setiap harinya dengan harga Rp 8.000 per kilogram. Sampai saat ini, tidak ada pembeli yang mengeluhkan kualitas beras yang dijual di TTI Acar karena memang kualitasnya bagus. “Pedagang-pedagang makanan justru sekarang belinya di sini karena kata mereka pembeli mereka senang dengan rasa nasinya dan dagangan pun cepat habis,” kata dia.
Agung menambahkan, Kementan memang sengaj menghadirkan TTI di perkotaan agar warga tidak kesulitan mendapatkan beras berkualitas dengan harga terjangkau. Dari beberapa TTI di perkotaan yang dikunjungi langsung, kata Agung, terlihat dengan jelas efektivitas peran TTI untuk menjaga stabilitas harga beras di lingkungan sekitar TTI. Karena itu, Agung berjanji akan terus menambah jumlah TTI dan memperbanyak kerja sama dengan Gapoktan dan PUPM yang ada.
Tia Sugeng (36 tahun), warga Plawonan, Argomulyo, Sedayu, Bantul, mengatakan, dia kini lebih sering membeli beras dan bahan pangan lain ke TTI Sungsang yang berada di Jalan Wates KM 9 Yogyakarta.
“Dulunya beli di pasar, tapi kan jauh, harganya mahal, dan keluarin ongkos juga. Sekarang belinya di sini karena tinggal jalan kaki,” ujar Tia.
Sebelumnya, Tia biasa membeli kebutuhan beras untuk rumah tangganya di pasar tersedekat. Harga beras di pasar pun jauh lebih mahal dibandingkan harga beras yang dijual di TTI Sungsang.
“Kalau di pasar ada yang Rp 9.000, ada yang Rp 10 ribu per kilogram. Kalau di sini, harganya Rp 8.000 per kilogram. Rasanya juga lebih enak dari beras di pasar,” kata Tia.