Selasa 28 Nov 2017 18:32 WIB

Pengacara Setnov: KPK Takut Hadapi Praperadilan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bayu Hermawan
Penasihat hukum Fredrich Yunadi
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Penasihat hukum Fredrich Yunadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kuasa hukum Setya Novanto, Fredrich Yunadi menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) takut dengan dirinya jika melimpahkan perkara kliennya ke pengadilan. Menurutnya jika KPK merasa benar, seharusnya perkara Novanto dihadapi lewat sidang praperadilan.

"Kalau sekarang KPK buru-buru melimpahkan perkara untuk menggugurkan praperadilan, berarti KPK takut. Kalau dia merasa benar kenapa takut, kan dia harus buktikan dong bisa menang, kalau dia takut berarti ada something dong," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (28/11).

Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, sidang praperadilan otomatis gugur jika pokok materi perkaranya masuk ke pengadilan dan jaksa membacakan dakwaan. Karena itu, selama sidang praperadilan Novanto belum menghasilkan putusan, KPK masih bisa melimpahkan perkara Novanto ke pengadilan.

Fredrich menyebut dirinya punya "senjata" untuk mengalahkan KPK di sidang praperadilan atas penetapan tersangka terhadap kliennya dalam kasus proyek KTP-El, 30 November mendatang. Meski mengaku memiliki senjata untuk melawan KPK, Fredrich enggan mengatakan lebih detail soal "senjata" seperti apa yang dimaksud.

"Enggak bisa, kita enggak bisa kasih tahu, kita punya senjata, kita enggak boleh kasih tahu," ujarnya.

Sebelumnya Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan sedang melakukan dua persiapan untuk menghadapi perkara Novanto. Persiapan pertama yakni mematangkan berbagai kemungkinan yang dapat muncul di sidang praperadilan Novanto nanti. Kedua, pada saat bersamaan, tim penyidik juga fokus melengkapi berkas penyidikan agar bisa segera dilimpahkan dan disidangkan di Pengadilan Tipikor.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement