Senin 04 Dec 2017 16:06 WIB

Banjir Rob Lumpuhkan Perekonomian Warga Pantura Jabar

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Gelombang tinggi membuat nelayan di Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu tak bisa melaut. Bahkan, banjir rob yang melanda daerah ini pun menyebabkan terganggunya aktivitas perekkonomian warga (Ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Gelombang tinggi membuat nelayan di Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu tak bisa melaut. Bahkan, banjir rob yang melanda daerah ini pun menyebabkan terganggunya aktivitas perekkonomian warga (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Banjir rob yang menerjang Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, telah membuat aktivitas perekonomian warga menjadi lumpuh. Pasalnya, genangan air menyulitkan apapun aktivitas yang mereka kerjakan.

Kepala Desa Eretan Wetan Edi Suhedi menyebutkan, warganya, selama ini, mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan maupun pembuat ikan asin. Dia menyebutkan, para pembuat ikan asin saat ini tak bisa menjemur ikan karena tempat penjemuran ikannya terendam banjir. "Ikan yang menjadi bahan baku pembuatan ikan asinnya juga kosong karena nelayannya tak melaut," ujar Edi kepada Republika.co.id, Senin (4/12).

Edi mengatakan, tingginya gelombang dan kencangnya tiupan angin di laut membuat nelayan di desanya tak bisa mencari ikan. Pasalnya, dengan perahu kecil yang mereka gunakan, kondisi alam itu bisa menimbulkan kecelakaan di laut. "Warga saat ini jadi paceklik," tutur Edi.

Untuk membantu warganya yang kesulitan pangan, Edi akan membagi-bagikan ubi (yang dikenal warga dengan nama boled) untuk mereka. Rencananya, ubi tersebut akan dibagikan kepada warga pada Selasa (5/12). "Setiap tahun sudah rutin seperti ini, bagi-bagi boled di saat paceklik," ucap Edi. 

Salah seorang warga setempat, Ade, mengaku, sudah terbiasa dengan banjir rob yang terjadi di setiap bulan purnama. Karena itu, dia mengaku tak berniat untuk mengungsi. "Tapi rob hari ini memang lebih parah," tutur Ade.

Ade mengaku, meski sudah terbiasa, namun banjir yang berasal dari limpasan air laut sangat merepotkannya. Pasalnya, dia harus selalu siaga untuk menyelamatkan barang-barang berharga miliknya. Untuk peralatan elektronik seperti televisi, harus dinaikkan ke atas lemari.

Tak hanya Ade, warga lainnya juga mengalami hal yang sama. Selain menyelamatkan barang berharga, mereka pun harus membersihkan rumah setiap kali banjir surut. Apalagi, banjir meninggalkan bekas berwarna kecoklatan pada dinding rumah yang sulit untuk dibersihkan.

Warga juga mesti membilas sejumlah perabotan yang terendam air banjir dengan menggunakan air bersih. Pasalnya, banjir yang berasal dari air laut itu bisa menyebabkan perabotan menjadi berkarat. "Setiap rob datang, kami pasti dibuat repot," tandas salah seorang warga lainnya, Tarkim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement