REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Jumlah wisatawan asing di Daerah Istimewa Yogyakarta baru mencapai 300 ribu orang pada 2017. Penyebab minimnya wisatawan asing adalah karena minimnya promosi wisata, kata Ketua Ketua Badan Pengurus Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Istijab.
"Jumlah kunjungan wisatawan asing ke DIY masih sedikit. Pada 2017, jumlahnya hanya 300 ribu orang karena kurang promosi potensi wisata ke luar negeri," kata Istijab, di Kabupaten Kulon Progo, DIY, Senin (8/1).
Ia mengatakan Pemprov DIY menargetkan jumlah wisatawan asing pada 2019 sebanyak 800 ribu orang. Karena itu, BPD PHRI DIY meminta Pemprov DIY dan pemkab/kota di DIY membentuk badan promosi wisata. Sejauh ini, kabupaten/kota yang membentuk badan promosi wisata, yakni Sleman dan Kota Yogyakarta.
"Sangat penting, promosi potensi wisata ke luar negeri, seperti mengikuti pameran wisata skala internasional," katanya.
Istijab menyatakan sejauh ini wisata DIY masih didominasi wisatawan dalam negeri. Hal ini, bisa dilihat dari tingkat hunian hotel pada libur Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 mencapai 80 persen, bahkan hotel di kawasan Malioboro tingkat hunian lebih dari 90 persen.
"Kabupaten Kulon Progo bisa meramaikan ini dengan membuka peluang investasi sektor perhotelan," katanya pula.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan sejak 1998, jumlah kunjungan wisata di DIY masih anjlok. Kunjungan wisatawan asing kurang dari 300 ribu dalam satu tahun. "Kami memiliki tugas meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke DIY," katanya pula.
Ia berharap investor membangun hotel di Kecamatan Wates, karena setiap tahun pemkab mengadakan 30 kegiatan skala nasional. "Kami mendukung kegiatan investasi hotel melalui kegiatan-kegiatan yang berskala internasional supaya mereka menginap di hotel," kata dia.