REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pasukan Kurdi di Suriah seakan tak mau menyerah pascaserangan pasukan militer Turki. Pasukan Kurdi dilaporkan sedang menyiapkan bala bantuan untuk bergabung dalam pertempuran dari pangkalan mereka di timur laut Suriah. Mereka memiliki ribuan pasukan yang sampai saat ini sedang melawan ISIS.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan telah terjadi serangan balik dari pasukan Kurdi pada Senin malam di Desa Shenkal dan Adamaly.
Sejauh ini pasukan Turki telah mencaplok beberapa desa yang dekat dengan perbatasan dalam tiga hari pertempuran. Adapun total desa di Afrin mecapai 350 desa. Jumlah populasi sekitar 200 ribu jiwa. Banyak di antaranya akan menjadi pengungsi jika anggota milisi Turki dan Arab mengambil alih kendali. Turki mengharapkan kemenangan lebih cepat di Afrin, Suriah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan tidak akan mundur dari Afrin. Operasi militer yang diberi nama 'Operation Olive Branch,' itu akan tetap berlanjut.
Turki membutuhkan kemenangan cepat karena secara diplomasi terisolasi dan ada tekanan internasional untuk menghentikan serangan.
Erdogan mengaku telah memiliki pendukung. "Kami telah membahas serangan Afrin dengan teman-trman Rusia kami, kami memilih memiliki kesepakatan dengan mereka," ujarnya dalam pidatonya di Ankara, Turki, dikutip Independent, Selasa (23/1).
Prancis telah meminta sebuah pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas pertempuran di Afrin dan bagian lain di Suriah. Sedangkan Inggris mengatakan akan mencari untuk mencegah meningkatnya eskalasi (bentrokan).