Rabu 31 Jan 2018 18:49 WIB

Kemendes PDTT Gelar Temu Bisnis Prukades

Saat ini program Prukades telah diterapkan oleh 43 kabupaten dengan produk unggulan.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo.
Foto: Kemendes PDTT
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menggelar temu bisnis dalam rangka pengembangan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) di Kantor Kemendes PDTT, Jakarta, Rabu (31/1). Forum tersebut melibatkan 20 bupati atau perwakilan, perusahaan swasta, perbankan, dan beberapa kementerian atau lembaga terkait.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo mengatakan, keterlibatan stakeholder dalam temu bisnis tersebut diharapkan dapat mempercepat serta menjamin efektifitas Prukades. Yang mana saat ini program Prukades telah diterapkan oleh 43 kabupaten dengan produk unggulan berbeda.

“Dalam forum ini mereka (bupati) saling menunjukkan produk unggulan masing-masing di setiap daerah, kemudian bank dan dunia usaha mendengar. Dalam hal ini bank dan dunia usaha akan melihat opportunity (peluang),” ujarnya.

Ia mengatakan, Prukades adalah upaya untuk membentuk klaster ekonomi yang saat ini dikeroyok oleh 19 kementerian atau lembaga. Klaster ekonomi dibutuhkan untuk memenuhi skala produksi agar sarana pasca panen bisa masuk ke desa.

“Desa kita ini miskin karena tidak punya pasar. Pasar itu apa? Ya, sarana pascapanen kalau sektor pertanian. Nah, sarana pascapanen tidak bisa masuk ke desa karena skala produksinya tidak cukup sehingga menjadi tidak ekonomis,” terangnya.

Menteri Eko mengatakan, program Prukades adalah model yang dapat menguntungkan pihak petani maupun swasta. Yang dalam hal ini masyarakat berperan sebagai pelaku proses produksi, sedangkan swasta hanya berlaku sebagai off taker, rantai pemasaran, dan rantai input produksi.

“Ini yang melaksanakan masyarakat semua. Jadi kalau masa lalu perusahaan punya tanah kemudian masyarakat sebagai pekerja saja, sekarang masyarakat yang melakukan proses produksinya. Perusahaan yang membantu secara manajemen dan pasca panennnya. Buat masyarakat juga bisa senang, karena mereka tidak hanya pekerja, tapi mereka juga punya set produksi yang apsarnya sudah ada,” ujarnya seperti dalam siaran persnya.

photo
Kemendes PDTT gelar temu bisnis Prukades.

Di sisi lain, Ekonom Indonesia Aviliani mengatakan program Prukades tidak hanya bertujuan untuk memberdayakan masyarakat miskin, namun juga untuk meningkatkan daya saing dengan menyatukan beberapa desa melalui satu produk unggulan. Menurutnya forum bisnis Prukades tersebut bisa dimanfaatkan untuk mensikronkan antara kebutuhan perusahaan dan potensi yang dimiliki oleh desa di masing-masing daerah.

“Prukades itu ada yang sudah tercipta dari dulu, ini natural. Tapi ada juga daerah yang mereka punya lahan tapi belum tahu mau dibikin apa. Nah, melalui forum bisnis tersebut, perusahaan-perusahaan yang hadir bisa dilihat mereka butuhnya apa, sehingg ada business matching (pencocokan). Sehingga nanti lahan itu bisa dikelola sesuai kebutuhan perusahaan, kemudian antiperusahaan itu yang beli, begitu,” terangnya.

Selain itu lanjut Aviliani, selama ini Prukades yang sudah ada karena natural, cenderung memiliki skala ekonomi dan kualitas yang rendah. Sehingga dalam forum tersebut, perusahaan yang berkepentingan dapat memberikan pelatihan, bibit ataupun pupuk agar kualitas dan skala produk menjadi meningkat.

“Kita tahu bahwa sektor pertanian kita yang produktif baru kelapa sawit, yang lain belum memenuhi skala ekonomi. Nah, harapannya dengan temu bisnis ini bisa progresif pengembangan dari skala ekonominya kemudian juga pendapatan petaninya,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement