Jumat 02 Mar 2018 18:07 WIB

Panitia: Tidak Ada Seminar yang Melibatkan Muslim Cyber Army

Seminar justru terkait penggunaan medsos yang beretika sesuai pedoman Kemenkominfo.

Rep: Umi Nur Fadhilah, Lilis Sri Handayani/ Red: Budi Raharjo
Acara Inhouse Training & Workshop, Media Sosial Sebagai Sarana Dakwah dan E-Commerce.
Foto: Dok pribadi
Acara Inhouse Training & Workshop, Media Sosial Sebagai Sarana Dakwah dan E-Commerce.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tidak ada seminar atau lokakarya yang terkait dengan Muslim Cyber Army (MCA) yang digelar di Cirebon, Jawa Barat, pada Desember tahun lalu. Workshop yang diselenggarakan sebenarnya tentang kondisi media sosial dan etika bermuamalah di media sosial berdasarkan pedoman yang dibuat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) serta MUI.

Hal ini disampaikan salah satu panitia penyelenggara kegiatan lokakarya Media Sosial sebagai Sarana Dakwah dan E-Commerce di Cirebon, Jawa Barat, Ahmadie Thaha, menyikapi beredarnya flyer tentang workshop MCA. Bahkan acara ini juga tidak dihadiri sejumlah tokoh dan tim media sosial Republika, seperti tertulis dalam flyer yang beredar di media sosial.

"Nggak ada (hadir). Republika nggak diundang," kata Ahmadie Thaha, Jumat (2/3).

Thaha membantah adanya kegiatan lokakarya yang terkait dengan MCA. Pria yang menjabat Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian di Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengatakan bahwa isi kegiatan itu adalah pelatihan dan lokakarya.

"Lokakarya membahas ihwal pengenalan tentang kondisi media sosial saat ini. Dibahas pula etika bermuamalah di media sosial dengan berelaborasi berdasarkan Fatwa MUI, dan berdasarkan pedoman yang dibuat Kemenkominfo," ungkapnya.

Thaha mengatakan hanya ada empat pembicara yang hadir dalam kegiatan itu. Peserta kegiatan mencapai 350 orang.

Terkait adanya flyer kegiatan tertanggal 20 Desember 2017, yang menyebutkan nama MCA dan dihadiri sejumlah pembicara, termasuk Tim Medsos Republika, Thaha mengakui flyer itu dibuat atas permintaan panitia. Ia mengatakan panitia ingin membuat flyer yang menarik minat masyarakat.

Namun saat mendapatkan laporan mengenai isi flyer itu, Thaha mengaku sudah meminta panitia memperbaikinya. Namun, flyer itu sudah terlanjur disebar panitia praacara.

Menurutnya, sama sekali beda antara flyer dan kegiatan yang terlaksana. Pada kegiatan 22 Desember panitia hanya membuat-backdrop bertuliskan: Inhouse Training & Workshop, Media Sosial Sebagai Sarana Dakwah dan E-Commerce.

Kegiatan itu justru ditujukan untuk meluruskan pikiran anak-anak. Sehingga mereka bisa bermedia sosial dengan baik dan sesuai etika bermualamah pedoman MUI dan Kemkominfo.

Thaha mengaku ia masih memegang daftar peserta yang hadir dalam kegiatan itu. Pun ia selalu memantau unggahan di media sosial dari para peserta pelatihan dan lokakarya.

 

"Apa yang disebarkan kawan-kawan, kami pantau bersama. Maka tak mungkin melakukan hal-hal di luar yang kita latihkan bersama," kata Thaha.

 

photo
Dua Flyer kegiatan workshop media sosial.

Sementara, Ketua panitia kegiatan Ustaz Ali menjelaskan pelatihan itu bertujuan menjadikan media sosial menjadi sarana dakwah dan pengembangan ekonomi keumatan.

"Temanya itu, pelatihan untuk dakwah. Relevannya (internet) untuk sarana dakwah dan e-commerce. Jangan sampai ekonomi ketinggalan. Umat Islam harus pakai internet untuk ekonomi," tutur dia.

 

Baca Juga:  Ini Dua Flyer yang Berbeda Terkait Isu MCA

Dari delapan narasumber yang tertulis di flyer, kata Ustaz Ali, hanya empat orang yang hadir, yakni Achmad Kholiq (Ketua ICMI Kabupaten Cirebon merangkap Ketua Komisi Fatwa MUI Kabupaten Cirebon), Ibnu Dwi Cahyo, Admadie Thaha (selaku Ketua DPP PUI/Jamper Cyber Jihad), dan Dede Muharam (aktivis dakwah).

Adapun Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, yang juga diundang menjadi salah satu narasumber, tidak hadir. Gubernur diwakili oleh Kepala Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah III Cirebon, Andi.

Acara itu dihadiri perwakilan ICMI Kabupaten Cirebon, MES Cirebon, ormas, mahasiswa, dosen, perwakilan majelis taklim. "Jadi yang berniat mempelajari IT untuk kegiatan dakwah, ya kita fasilitasi untuk pencerdasan umat," ujar dia.

Adanya dua flyer yang beredar, menurut Ustaz Ali, flyer tertanggal 20 Desember masih konsep awal dan belum fix, tetapi sudah disebarkan. Sebab, kegiatan sebenarnya berlangsung pada 22 Desember 2017.

Untuk menyebarluaskan acara itu, Ustaz Ali mengatakan, salah seorang panitia menggunakan jasa setting pembuatan poster yang ada di Kota Cirebon. Namun, konsep acara yang tertulis di flyer itu ternyata berbeda dengan kehendak panitia. Dalam flyer yang dibuat jasa setting itu, tertulis acara 'Muslim Cyber Army, One Day Workshop Cyber Dakwah'.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement