REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin menyesalkan keputusan Uni Eropa untuk menarik kembali utusan blok di Moskow. Tindakan tersebut dilakukan Uni Eropa sebagai protes simbolik atas serangan agen saraf terhadap mantan intelijen Rusia dan putrinya di Inggris.
Pada Kamis (22/3) para pemimpin Uni Eropa mendukung Inggris dengan menyalahkan Moskow atas serangan itu. Meskipun Moskow telah membantah tuduhan tersebut.
Ketika ditanya tentang keputusan Uni Eropa untuk menarik kembali utusannya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menanggapinya pada Jumat (23/3). "Kami menyesali itu," kata Peskovkepada wartawan pada konferensi pers.
Dia mengatakan keputusan Uni Eropa tersebut dibuattanpa bukti. Atas dasar anggapan tentang apa yang terjadi pada mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal dan putrinya Yulia.
"Kremlin tidak tahu atas dasar apa para pemimpin Uni Eropa telah menyuarakan solidaritas mereka dengan Inggris," katanya. "Karena Rusia tidak melihat informasi tangan pertama mengenai kasus Skripal."
Skripal dan Yuliana ditemukan keracunan di sebuah bangku taman di Salisbury, Inggris. Dalam pemeriksaan sampel zat dari racun tersebut ditemukan agen saraf Novichok. Agen saraf tersebut dikenal sebagai agen saraf kelas militer di era Soviet. Insiden ini membuat hubungan antara Inggris dan Rusia mengalami ketegangan.