REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Rusia mengatakan Inggris telah bermain dengan api dan akan menyesal, dalam sebuah pertemuan di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) pada Kamis (5/4). Pernyataan ini masih berkaitan dengan perselisihan kedua negara itu atas insiden serangan terhadap mantan agen intelijen militer Rusia, Sergei Skripal, di London.
Insiden itu telah menimbulkan konsekuensi diplomatik yang cukup besar, dengan adanya pengusiran massal para diplomat Rusia dan Barat. DK PBB yang beranggotakan 15 negara, pertama kali melakukan pertemuan mengenai masalah itu pada 14 Maret lalu atas permintaan Inggris, dan pertemuan kali ini adalah pertemuan kedua.
"Kami telah memberi tahu rekan-rekan kami di Inggris, 'Anda telah bermain dengan api dan Anda akan menyesal'," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia dalam pidatonya.
Baca juga, AS akan Beri Sanksi Tambahan untuk Rusia
Dia mengatakan, siapa pun yang pernah menonton serial kejahatan di televisi seperti 'Midsomer Murders' di Inggris, pasti tahu ada ratusan cara cerdas untuk membunuh seseorang. Pernyataannya ini menggambarkan betapa berisiko dan berbahayanya tuduhan Inggris dalam kasus Skripal.
Polisi Inggris yakin racun agen syaraf telah disimpan di depan pintu rumah Skripal di Salisbury. Skripal adalah seorang kolonel intelijen militer yang mengkhianati puluhan agen Rusia untuk layanan mata-mata MI6 Inggris.
"Kami tidak menyembunyikan apa pun, tapi saya khawatir Rusia mungkin memiliki sesuatu yang perlu ditakutkan," kata Duta Besar Inggris untuk PBB Karen Pierce.
Dalam pertemuan Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) pada Rabu (4/4), Rusia telah mengajukan diri untuk ikut serta dalam penyelidikan bersama dengan Inggris dalam kasus Skripal. Namun keterlibatan Rusia ditentang dalam pemungutan suara.
"Membiarkan para ilmuwan Rusia melakukan penyelidikan dalam kasus yang diduga merekalah pelaku kejahatannya, akan menjadi seperti Scotland Yard yang mengundang Profesor Moriarty," Pierce, mengutip karakter dari "Sherlock Holmes.