Sabtu 07 Apr 2018 19:24 WIB

Mantan Presiden Brasil Menolak Dipenjara

Manta presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dijatuhi hukuman penjara 12 tahun

Mantan Presiden Brasil, Lula Da Silva
Foto: Telegraph
Mantan Presiden Brasil, Lula Da Silva

REPUBLIKA.CO.ID, SAO BERNARDO DO CAMPO -- Mantan presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menentang perintah hakim untuk menyerahkan diri ke polisi pada Jumat (6/4). Hakim telah memutuskan hukuman penjara kepada Lula selama 12 tahun atas kasus suap.

Lula masih bersembunyi di markas serikat buruh pabrik baja di metropolitan Sao Paulo, dikelilingi ratusan pendukung setianya. Langkah Lula ini dinilai akan menciptakan kebuntuan, yang diperkirakan meluas hingga akhir pekan.

Pembicaraan yang dilakukan pendukung Lula dengan polisi federal untuk mengatur penyerahan dirinya berlangsung pada Jumat (6/4) malam, kata dua orang, yang mengetahui masalah tersebut. Salah satu sumber, yang meminta tidak dikutip namanya, mengatakan Lula tidak akan dibawa ke tahanan sebelum Sabtu (7/4).

Pemimpin Partai Buruh Gleisi Hoffmann mengatakan, Lula akan mengambil bagian dalam misa Sabtu (7/4) pagi di markas besar serikat untuk memperingati ulang tahun mendiang istrinya, Marisa. Hoffmann membantah laporan bahwa dia merundingkan penyerahan dirinya.

Polisi federal di Sao Paulo menolak mengatakan apakah mereka akan berusaha secara paksa membawa mantan presiden itu ke tahanan. Jika ini jadi dilakukan maka akan menjadi sebuah langkah yang dapat memicu bentrokan sengit dengan para pendukungnya.

Tim kuasa hukum Lula mengajukan petisi pada Jumat malam kepada Mahkamah Agung untuk membatalkan perintah penjara, setelah kehilangan permohonan di menit terakhir ke pengadilan banding. Para pengacara berpendapat bahwa mereka tidak habis-habisnya mengajukan banding prosedural dan menggambarkan kasus tersebut sebagai upaya untuk menyingkirkan Lula dari pemilihan presiden berikutnya.

Ratusan pendukung, termasuk pekerja, mahasiswa, dan pegiat hak atas tanah, memenuhi jalanan di luar markas besar serikat, menyorakkan semboyan menentang yang menyebut kasus ini sebagai perburuan politik. Sebuah spanduk yang digantung di gedung menunjukkan wajah Lula yang tersenyum di mesin pemungutan suara elektronik.

"Kami di sini untuk menunjukkan bahwa para pendukung partai pekerja akan menolak serangan terhadap demokrasi ini," kata pemimpin serikat pekerja, Jorge Nazareno.

Lula sendiri tidak berbicara kepada orang banyak hampir 24 jam setelah tiba di gedung, tetapi sesekali muncul di jendela untuk melambaikan tangan.

Serikat buruh pabrik baja yang sama di pinggiran industri Sao Paulo tempat Lula, yang berusia 72 tahun, mencari perlindungan, berfungsi sebagai landasan peluncuran karier politiknya hampir empat dasawarsa lalu, ketika ia memimpin serangan nasional yang membantu mengakhiri pemerintahan militer Brasil pada 1964-1985.

Gaya hidup Lula yang sederhana dan pidato-pidatonya yang lantang menggerakkan massa yang telah lama diperintah oleh para elit dan akhirnya memenangkan jabatan dua periode sebagai presiden, dari 2003 hingga 2011, ketika ia mengawasi pertumbuhan ekonomi yang kuat dan menurunnya ketidaksetaraan di tengah ledakan komoditas.

Dia meninggalkan kantor dengan tingkat kepuasan yang sangat tinggi sebesar 83 persen dan disebut "politisi paling populer di Bumi" oleh mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Kejatuhan Lula sama-sama menarik perhatian dengan penyelidikan korupsi, yang belum pernah terjadi, yang mengguncang Brasil empat tahun belakangan, memenjarakan puluhan politisi dan pemimpin usaha, yang telah lama dianggap berada di atas hukum.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement