REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyair senior Taufiq Ismail menghadiri presentasi buku kumpulan puisi Cendres sur Cendres di Paris, Prancis. Buku yang terbit pada 2015 lalu itu merupakan hasil terjemahan bahasa Prancis dari karyanya, Debu di Atas Debu (2014).
Acara tersebut mengambil tema “Un Apres Midi Avec Taufiq Ismail” (Suatu Siang bersama Taufiq Ismail). Pihak Kedutaan Besar RI (KBRI) untuk Prancis, Monako, dan Andorra di Paris bertindak selaku tuan rumah, bekerja sama dengan para seniman dan pencinta sastra di kota setempat.
Dalam kesempatan ini, Taufiq Ismail juga membacakan beberapa sajak karyanya kepada hadirin. Turut mengikuti acara tersebut adalah Duta Besar RI Hotmangaradja Pandjaitan, sejumlah sastrawan, akademisi, serta warga penikmat seni.
Kepada Republika.co.id, Ahad (1/7), tokoh kelahiran Sumatra Barat itu menuturkan, dirinya membacakan beberapa sajak karyanya. Kegiatan ini dilakukannya antara lain bersama dengan Etienne Naveau, dosen Institut National des Langues et des Civilisations Orientales (Paris) yang juga penerjemah Debu di Atas Debu ke dalam bahasa Prancis.
Sebagai informasi, satu tahun lalu, karya yang sama juga telah dialihbahasakan Lee Yeon, doktor Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), ke dalam bahasa Korea Selatan dengan judul Meonji Wiui Meonji di Seoul. Secara keseluruhan, banyak puisi yang ditulis penyair kenamaan ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa asing, antara lain Inggris, Arab, Rusia, Jerman, Belanda, dan Cina.
Buku karya Sastrawan Taufiq Ismail yang diterjemahkan dalam bahasa Korea berjudul Meonji Wiui Meonji atau Debu diatas Debu.
Taufiq Ismail mengaku gembira dan bersyukur dengan penyelenggaraan baca puisi dan diskusi di Paris kali ini. Momentumnya juga terbilang istimewa karena masih dalam nuansa ulang tahunnya yang ke-83, pada 25 Juni lalu.
Di acara tersebut, Taufiq Ismail menuturkan, dia membacakan sajak berjudul ‘Dengan Puisi, Aku’. Sajak ini merupakan “pernyataan” kepengarangannya tentang mengapa menjadi seorang penyair.
Selanjutnya, peraih Tanda Kehormatan Bintang Budaya (2016) itu membacakan beberapa sajak yang terdapat pada buku karyanya, Tirani dan Benteng. Buku yang ditulis pada 1965-1966 itu umumnya menggambarkan secara estetis suasana Tanah Air pada pengujung masa Orde Lama.
Usai acara, peraih Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1970) itu kemudian menyumbangkan beberapa buku sastra dan pendidikan kepada Perpustakaan KBRI di Paris.
Diskusi buku Cendres sur Cendres merupakan salah satu rangkaian kegiatan Taufiq Ismail selama di Benua Eropa. Rencana berikutnya, setelah dari Paris dia dan rombongan akan menyambangi Berlin, Jerman, untuk baca puisi dan diskusi sastra.