REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Seorang aktivis asal Swedia, Benjamin Ladraa, sedang menjalankan misi berjalan kaki sejauh 5.000 Km dari negaranya ke Palestina. Misinya ini bertujuan meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di wilayah pendudukan Palestina.
Ia diperkirakan akan menyelesaikan misi perjalanannya pada Kamis (5/7). "Besok saya akan membuat penyelesaian terakhir dari perjalanan saya dan tiba di wilayah perbatasan Palestina yang diduduki," tulis Ladraa di akun Instagram pribadinya, Rabu (4/7), dikutip Daily Sabah.
Menurutnya, ada kemungkinan besar tentara Israel yang berjaga tidak akan membiarkannya memasuki Palestina. Jika hal itu terjadi, ia meminta pendukungnya untuk bergabung dengannya dalam meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina.
"Jika mereka tidak membiarkan saya masuk besok, maka itu adalah kesempatan yang sangat baik untuk membiarkan media di seluruh dunia berbicara tentang bagaimana Israel menghalangi aktivis HAM memasuki Palestina. Jadi saya ingin semua orang menghubungi banyak surat kabar, stasiun TV, kantor berita, dan berbagi mengenai cerita ini," ujar Ladraa.
Ladraa tiba di Yordania pada 26 Juni, dan berencana memasuki Palestina melalui Tepi Barat. Dia mengaku selalu mencari media di setiap negara yang ia lalui dalam perjalanannya, untuk meminta mereka membantu meliputnya.
Daily Sabah bertemu dengannya di Ankara pada April lalu untuk mendengar ceritanya dan memperkuat misinya. Landraa meminta para pendukungnya menyaksikan perjalanannya pada Kamis (5/7) dan Jumat (6/7) untuk melihat bagaimana Pemerintah Israel akan bereaksi terhadapnya.
"Biarkan dunia tahu mereka menyembunyikan kejahatan mereka dengan tidak mengizinkan orang yang akan bersaksi," kata dia.
Ladraa yang lahir dari orang tua Yahudi, keluar dari pekerjaan dan studinya untuk mulai berjalan kaki pada 8 Agustus tahun lalu. Misi ini dilakukannya setelah ia melakukan kunjungan selama tiga minggu ke Palestina. Kunjungan tersebut membuka matanya terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap mereka yang tinggal di daerah pendudukan Palestina.
Ladraa memiliki berbagai pengalaman positif dan negatif saat melintasi 13 negara dalam perjalanannya ke Palestina. Di Lebanon, ia mengunjungi tujuh kamp pengungsi tempat warga Palestina tinggal sejak pembentukan negara Israel pada 1948.
Dia selalu membawa bendera Palestina di punggungnya dan kopiah, simbol kemerdekaan Palestina, di atas bahunya. Ladraa menjual semua yang dia miliki untuk membiayai perjalanannya, dan telah menerima banyak sumbangan dari pendukung.