Selasa 18 Aug 2015 10:11 WIB

Kado dari ITS untuk 70 Tahun Kemerdekaan RI

Rep: c13/ Red: Dwi Murdaningsih
Mobil WW yang akan berlaga di Australia diluncurkan di Gedung Kemristekdikti
Foto: Kampus ITS
Kampus ITS

Manajer Umum Tim SAS III/2015 Rizaldy Hakim Ash-Shiddieqy menegaskan bahwa ITS sudah tiga kali mengikuti ajang mobil formula untuk pelajar berskala internasional di Jepang, bahkan tahun ini ada dua universitas dari Indonesia yakni ITS dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Dari pengalaman dua kali mengikuti kompetisi itu, dia yakin tim ITS bisa masuk '15 besar' dari 90-an tim yang berasal dari 8-9 negara, di antaranya Jepang, Tiongkok, Austria, Korea, Thailand, Filipina, Indonesia, dan Malaysia," kata mahasiswa Teknik Mesin ITS (2009) itu.

Setelah SAS-III diluncurkan, mobil listrik bertenaga surya, Widya Wahana V, ciptaan Mahasiswa ITS melakukan "test drive" dengan "Tour de Java-Bali" dari Gedung Kemristek Dikti di Jakarta (17/8) yang dilepas oleh Menristek M Nasir. Mobil Widya Wahana V yang akan mengikuti lomba World Solar Challenge 2015 (WSC 2015) di Australia, 17-25 Oktober, merupakan mobil listrik yang hemat energi dan ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan emisi gas buang sama sekali.

World Solar Challenge merupakan perlombaan mobil surya tingkat internasional, yaitu perjalanan sejauh 3.000 km dari Darwin (Australia Utara) hingga Adelaide (Australia Selatan). Menurut manajer 'Solar Car Racing Team ITS', Aufar Nugraha, pengalaman dalam ajang yang sama pada tahun 2013 memberi pelajaran berharga pada tim ITS yang pertama kali mengikuti ajang dua tahunan itu.

"Dari pengalaman pertama kali itu, mobil surya kami yang hanya mampu menempuh 748 kilometer dari 3.000 kilometer yang menjadi jarak lomba sesuai peraturan, maka kami kini melakukan evaluasi," katanya.

Untuk mencapai finish diperlukan kecepatan kurang lebih 100 km per jam dalam jarak 3.000 kilometer, tapi WW-V sudah mampu mencapai kecepatan 150 km per jam. Namun, ajang ini juga menemui banyak tantangan. WW-V ditantang bisa menyelesaikan perjalanan dalam jangka waktu maksimal enam hari dengan waktu race yang di tentukan, yaitu hanya sembilan jam (08.00-17.00 waktu setempat) per hari.

Tantangan lain adalah suhu Australia yang cukup ekstrem, yaitu berkisar antara 20-30 derajat celcius; tempat pemberhentian (pit stop) yang tidak menentu; keadaan jalanan yang penuh dengan "road train" dan sebagainya. "Kami akan menjadikan kompetisi di Australia sebagai ajang pembuktian bahwa mahasiswa ITS mampu bersaing dengan tim-tim dari beberapa perguruan tinggi di dunia seperti Tokai University, Michigan University, Stamford University, MIT, Cambridge University," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement