Jumat 02 May 2014 20:26 WIB

Ujian Nasional SMP Jangan Sampai Bocor

Red: Taufik Rachman
Siswa SMA Darunnajah mengerjakan soal mata pelajatan Kimia saat Ujian Nasional (UN) di SMA Darunnajah, Jakarta Selatan, Selasa (15/4)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Siswa SMA Darunnajah mengerjakan soal mata pelajatan Kimia saat Ujian Nasional (UN) di SMA Darunnajah, Jakarta Selatan, Selasa (15/4)

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Pakar pendidikan yang juga Rektor Universitas PGRI Semarang Doktor Muhdi mengatakan kebocoran soal ujian nasional (UN) jangan terulang kembali pada jenjang SMP dan sederajat.

"Memang, peluang kebocoran soal UN sangat kecil dengan pembagian 20 paket soal. Akan tetapi, diakui atau tidak, kenyataannya tetap ada isu kebocoran soal, seperti UN SMA lalu," katanya di Semarang, Jumat.

Menurut dia, pelaksanaan UN SMA memang memberikan tekanan kepada banyak pihak, mulai dari siswa, orang tua, hingga sekolah, apalagi tahun ini nilai UN jadi bagian penilaian masuk perguruan tinggi.

Tentunya, kata dia, para siswa menghadapi tekanan berat untuk bisa mengerjakan soal UN dengan baik agar bisa lulus dan mendapatkan nilai yang baik. Demikian pula, dengan kalangan orang tua siswa.

Di sisi lain, kata Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah tersebut, kepala-kepala sekolah pun menghadapi tekanan berat untuk bisa meluluskan siswanya 100 persen dengan nilai UN yang harus baik pula.

Ia mengakui bahwa tekanan serupa pun akan dihadapi siswa-siswa SMP dalam menghadapi UN sebab hasil UN mereka kelak juga akan menjadi syarat masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni SMA.

"Tekanannya memang tidak seberat UN SMA yang nilainya untuk masuk PT melalui Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN). Akan tetapi, jangan kemudian pengawasan mencegah kebocoran soal mengendur," katanya.

Mekanisme pencetakan soal UN tahun ini memang dibuat dalam sistem rayonisasi untuk mengantisipasi keterlambatan distribusi soal UN, berbeda dengan tahun lalu yang dibuat dengan sistem terpusat.

"Ya, semua ada plus-minusnya. Tahun lalu dibuat terpusat, tetapi kendalanya ada keterlambatan distribusi soal UN. Tahun ini dibuat rayon, tidak terlambat memang, tetapi rawan bocor," katanya.

Perlu diingat, kata dia, masih banyak siswa yang jujur dan benar-benar mempersiapkan diri secara baik untuk menghadapi UN dengan belajar serta tidak menanggapi berbagai tawaran bocoran soal.

Persoalannya, kata dia, isu bocoran soal ini bisa menghilangkan kepercayaan diri siswa-siswa yang jujur, pintar, dan baik secara akademis jika ternyata hasil UN-nya kalah dengan mereka yang tidak jujur.

"Kan kasihan siswa-siswa yang selama ini jujur kalau kemudian kalah dengan orang-orang tidak jujur. Takutnya, mereka jadi kehilangan percaya diri dan ikut-ikutan berbuat tidak jujur," katanya.

Oleh karena itu, kata Muhdi, Pemerintah harus memberikan jaminan tidak ada kebocoran UN untuk seluruh jenjang, melalui pengawasan ketat mencegah terjadinya tindak kecurangan dalam pelaksanaan UN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement