Sabtu 05 Jan 2019 08:29 WIB

Sumber Utama Hoaks Surat Suara Tercoblos Harus Dikejar

Situasi saling curiga merugikan bangsa Indonesia.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indira Rezkisari
Ketua KPU Arief Budiman bersama tim pemenangan pasangan calon usai validasi dan persetujuan surat suara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (4/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua KPU Arief Budiman bersama tim pemenangan pasangan calon usai validasi dan persetujuan surat suara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (4/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi, Hariqo Wibawa Satria berharap aparat segera menangkap sumber utama hoaks surat suara tercoblos. Sumber tersebut, kata dia, dari rekaman suara pria yang menyebut surat suara telah tercoblos satu kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

"Siapa pria itu? Dari kelompok capres mana? Apa target dan tujuannya? Dan berbagai misteri lainnya akan terungkap jika pria itu ditangkap. Karena itu, sambil menunggu hasil penyelidikan aparat, marilah kita menunda atau menyimpan kesimpulan, tidak menuduh pihak manapun. Situasi saling curiga merugikan keluarga besar bangsa Indonesia," imbuh Hariqo dalam keterangannya kepada wartawan, kemarin.

Baca Juga

Sambil menunggu aparat bekerja, ia berharap masyarakat menghindari upaya adu domba antarpendukung capres, antaragama dan antarsuku. Jangan langsung percaya terhadap isi sebuah screenshot status medsos, percakapan Whatsapp.

Cek ke medsosnya langsung, apakah nama dan status itu benar-benar ada atau hanya editan. Jika asli, laporkan ke aparat dan jangan melakukan generalisasi seakan satu mewakili semua.

Bisa saja seseorang membuat akun medsos dengan nama yang identik dengan identitas agama tertentu kemudian menyerang agama lain. "Para penghasut dan pengadu domba bisa menyamar menjadi Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghuchu, Yahudi, Sunni, Syiah, Wahabi, dan lain-lain," katanya.

Ia menilai para pengadu domba juga bisa menyamar menjadi pendukung Jokowi maupun Prabowo. Tidak semua orang punya kemampuan dan waktu untuk mengecek kebenaran sebuah konten.

Sebab di 2019 akan banyak konten-konten tak bertuan yang menghasut dengan melempar isu sensitif. Situasi pilpres yang semakin tegang ini, menurut dia, sangat mudah dimanfaatkan sekelompok orang menyebar konten kebencian. "Sebaiknya tim media kedua capres sering-sering berkoordinasi agar tidak menjadi korban adu domba. Kalau perlu buat grup Whatsapp bersama," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement