Sabtu 30 Mar 2019 03:07 WIB

Menlu Arab Saudi Hadiri Upacara di Christchurch

Upacara digelar demi menghormati korban serangan teroris di masjid Christchurch

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Christiyaningsih
CHRISTCHURCH. Orang-orang berkumpul di Haley Park untuk melaksanakan March for Love sebagai penghormatan pada korban terorisme di Christchurch, Selandia Baru, Sabtu (23/3) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Mark Baker
CHRISTCHURCH. Orang-orang berkumpul di Haley Park untuk melaksanakan March for Love sebagai penghormatan pada korban terorisme di Christchurch, Selandia Baru, Sabtu (23/3) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir menghadiri upacara peringatan nasional di Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (29/3). Upacara itu digelar demi menghormati 50 korban serangan teroris masjid yang terjadi dua pekan lalu.

Sekitar 20 ribu orang menghadiri acara tersebut. Mereka terdiri atas puluhan pemimpin Islam, perwakilan pemerintah, serta Perdana Menteri Australia Scott Morison.

Pada kesempatan itu, Al Jubeir bertemu langsung dengan para anggota keluarga korban. Termasuk dua warga negara Arab Saudi yang terluka dalam insiden tersebut yakni Khalid Al Shadukhi dan Aseel Al Ansari.

Dirinya bertemu pula dengan para pejabat Selandia Baru seperti wakil perdana menteri, Menteri Luar Negeri Winston Peters, serta Gubernur Jenderal Patsy Reddy. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyampaikan pidatonya di hadapan ribuan peserta upacara. "Tantangan kami sekarang adalah membuat yang terbaik dari kami menjadi kenyataan sehari-hari. Hal itu karena, kami tidak kebal terhadap virus kebencian, ketakutan, dan lainnya. Kami belum pernah," ujar Ardern dalam pidatonya seperti dikutip Arab News, Sabtu, (30/3).

Menurut Ardern, Selandia Baru bisa menjadi bangsa yang menemukan obatnya. "Bagi kita masing-masing, ketika kita pergi dari sini, kita memiliki pekerjaan yang harus dilakukan," tegasnya.

Ardern menegaskan dunia harus mengakhiri lingkaran ekstremisme melalui dukungan global. "Jawaban mereka terletak pada konsep sederhana yang tidak terikat oleh perbatasan domestik, yang tidak didasarkan pada etnis, basis kekuatan, atau bahkan bentuk pemerintahan. Jawabannya ada pada kemanusiaan kita," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement