REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) meminta para sekutu berada dalam satu koalisi militer selama dua pekan ke depan untuk melindungi perairan strategis dari ancaman Iran. AS akan menyediakan kapal komando dan memimpin upaya pengawasan untuk koalisi militer.
Kawasan yang akan dilindungi koalisi meliputi Teluk Persia serta lokasi antara Semenanjung Arab dan Horn of Africa (HOA) atau Tanduk Afrika. "Kami siap melangkah," kata Kepala Staf Gabungan Militer AS, Joseph Dunford, Rabu (10/7). "Kami juga memiliki konsep yang jelas tentang apa yang akan dilakukan," katanya menambahkan.
Dunford mengatakan, sekutu akan ber patroli di perairan yang dekat dengan kapal-kapal komando AS. Pengawalan kapal komersial akan dilakukan dengan menggunakan kapal militer tetapi berbendera komersial. Dunford menyampaikan perincian tersebut kepada wartawan setelah pertemuan dengan Plt Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
"Kami sekarang terlibat dengan sejumlah negara untuk melihat apakah kami dapat mengumpulkan koalisi yang akan memastikan kebebasan navigasi, baik di Selat Hormuz maupun Bab al-Mandab," katanya.
Dunford menambahkan, selama beberapa pekan ke depan pihaknya akan mengidentifikasi negara mana saja yang memiliki kemauan untuk mendukung inisiatif koalisi militer tersebut. Selain itu, militer AS juga akan mengidentifikasi kemampuan khusus yang akan mendukung rencana tersebut. Peran utama AS adalah mendorong kesadaran akan wilayah maritim dengan memasok informasi intelijen dan pengintaian.
"Jadi, saya pikir mungkin selama beberapa pekan ke depan kami akan mengidentifikasi negara mana yang memiliki kemauan politik untuk mendukung inisiatif itu, kemudian kami akan bekerja secara langsung dengan militer untuk mengidentifikasi kemampuan khusus yang akan mendukungnya," kata Dunford.
Iran telah lama mengancam akan menutup Selat Hormuz. Selat tersebut sangat strategis karena merupakan jalur perdagangan minyak dunia. Hampir seperlima kapal tanker minyak dari negara produsen melewati Selat Hormuz.
Rencana AS untuk membentuk koalisi militer internasional dan melindungi Selat Hormuz mendapatkan momentum sejak serangan kapal tanker minyak pada Mei dan Juni lalu. AS menuding Iran menjadi dalang atas penyerangan kapal tanker tersebut.
Koalisi militer ini juga akan bertugas meningkatkan keamanan di Bab al-Mandab, Yaman. AS, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab telah lama resah atas serangan kelompok Houthi yang berpihak kepada Iran di jalur perairan Bab al-Mandab. Jalur tersebut menghubungkan Laut Merah dengan Teluk Aden dan Laut Arab.
Hampir 4 juta barel minyak dan barang-barang komersial dikirim setiap hari melalui Bab al-Mandab ke Eropa, AS, dan Asia. Dunford mengatakan, AS akan menyediakan kapal komando dan kapal kontrol. Dia berharap negara lain ikut menyediakan kapal untuk berpatroli di perairan. Bagian ketiga dari misi ini akan melibatkan anggota koalisi yang mengawal kapal komersial negara mereka.
"Harapannya adalah patroli dan pengawalan yang sebenarnya akan dilakukan oleh pihak lain. Jadi, dengan sejumlah kecil kontributor, kita dapat menjalankan misi kecil. Kami akan memperluas itu sebagai jumlah negara yang bersedia berpartisipasi mengidentifikasi diri mereka sendiri," ujar Dun ford.
Ketegangan antara Iran dan AS telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir, setahun setelah Washington keluar dari kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Ketegangan antara kedua negara itu makin intensif sejak peristiwa kerusakan kapal tanker minyak yang terjadi di Teluk.
AS menuding Iran menjadi dalang atas kerusakan kapal tanker tersebut. Namun, Iran membantah tudingan AS itu. (rizky jaramaya/reuters/ap ed: yeyen rostiyani)