REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membela pernyataan rasialisnya di Twitter. Pada Senin (15/7), ia mengatakan empat anggota Kongres perempuan Partai Demokrat yang berasal dari warga minoritas AS untuk pulang ke negara asal mereka.
Pernyataan itu memicu amarah seluruh anggota Partai Demokrat. Banyak masyarakat AS menilai Trump seorang rasialis. Namun, ia tidak meminta maaf dan justru memperkuat pernyataannya tersebut.
"Ini tidak mengganggu saya karena banyak orang setuju dengan saya, omong-omong banyak orang yang suka," kata Trump di Gedung Putih, Selasa (16/7).
Hal itu menunjukkan Trump kembali menyampaikan retorika yang membakar isu ras dan imigrasi, hanya untuk melayani basis massa politiknya menjelang pemilihan presiden 2020.
Tidak hanya Partai Demokrat, kritik juga muncul dari Partai Republik yang mengusung Trump. Senator Mitt Romney yang sempat menjadi kandidat presiden dari Partai Republik tahun 2012 mengatakan pernyataan Trump 'merusak, merendahkan, dan memecahbelah'.
Pernyataan rasialis Trump itu menyasar anggota Kongres Ilhan Omar dari Minnesota, Alexandria Ocasio-Cortez dari New York, Ayanna Pressley dari Massachusetts, dan Rashida Tlaib dan Michigan. Sebelumnya, Trump juga tak terima disebut rasialis oleh Ketua House of Representative Nancy Pelosi.
“Sedih melihat Demokrat mencengkeram orang-orang yang berbicara begitu buruk tentang negara kita dan yang, di samping itu, membenci Israel dengan hasrat sejati serta tak terkendali. Setiap kali berkonfrontasi, mereka memanggil musuh mereka, termasuk Nancy Pelosi, ‘rasialis’,” kata Trump di Twitter.