REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berencana menyiapkan modul untuk pendidikan reproduksi dan diberikan ke sekolah-sekolah. Pemerhati pendidikan Arief Rachman menyambut baik ide tersebut selama dilakukan untuk kepentingan pendidikan di Indonesia.
Ia menilai dalam memajukan pendidikan memang perlu partisipasi dari banyak pihak. "Semua bantuan untuk pembangunan pendidikan saya pikir harus dilakukan oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Jadi saya mendukung pokoknya untuk pendidikan agar anak bukan hanya pandai tapi juga bertanggung jawab," kata Arief pada Republika.co.id, Selasa (23/7).
Ia mengatakan, pendidikan kesehatan reproduksi memang penting diberikan. Namun, hal yang perlu lebih ditekankan, kata dia, adalah bagaimana pendidikan kesehatan reproduksi bisa memberi rasa tanggung jawab peserta didik.
Secara awam, masalah identitas laki-laki dan perempuan bisa ditanamkan dan dididik melalui program-program olah raga atau pendidikan lain yang tidak langsung membahas soal kesehatan reproduksi. Arief mengatakan, pendidikan terkait kesehatan reproduksi juga harus diajari sesuai dengan umur anak.
Saat ini, pendidikan kesehatan reproduksi sudah ada di pelajaran seperti olah raga dan biologi. Namun, menurut Arief, masalah tanggung jawab sebagai laki-laki dan perempuan harus terus ditekankan dalam pendidikan kesehatan reproduksi.
"Memang sudah ada di biologi, olah raga, tapi itu yang paling penting adalah identitas bahwa saya laki-laki, saya perempuan. Saya punya tanggung jawab sebagai laki-laki apa, sebagai perempuan apa. Dan kerja sama dengan orang tua, masyarakat, lalu teman-teman dari bidang kesehatan juga harus dilakukan," kata Arief menjelaskan.