Jumat 16 Aug 2019 17:49 WIB

Menyoal Pidato Jokowi yang tak Singgung Amendemen Terbatas

Terkait amandemen terbatas UUD 1945, benarkah Jokowi berseberangan dengan PDIP?

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Hasanul Rizqa
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan ke awak media usai menyambangi Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (15/8).
Foto:

 

Ada Resistensi

Wacana amandemen terbatas UUD 1945 diketahui mencakup dua isu: penerapan kembali Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan pemulihan peran MPR sebagai lembaga tertinggi negara.

Logikanya, bila isu yang kedua itu terwujud, pemilihan presiden (pilpres) secara langsung oleh rakyat akan tergantikan dengan pemilihan oleh MPR. Bagi sebagian kalangan, ini "menakutkan."

Untuk diketahui, pada Rabu (14/8) lalu, Presiden Jokowi sempat menunjukkan resistensinya terhadap amandemen terbatas UUD 1945. Sosok yang naik ke kursi RI-1 berkat Pilpres langsung itu menolak bila presiden Indonesia harus dipilih oleh MPR, seperti saat era Orde Baru.

Bagaimanapun, PDI Perjuangan (PDIP) lantas mengklarifikasi penolakan Jokowi atas wacana amandemen terbatas UUD 1945. Tampak partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri ini tak ingin dianggap berseberangan pendapat dengan Jokowi.

Sementara itu, PDIP termasuk yang cukup getol menyuarakan agenda amandemen terbatas UUD 1945 untuk MPR periode 2019-2024.

Sekretatis Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto telah memberi pernyataan. Jokowi, sebut dia, tidak menolak seluruh aspek amandemen terbatas UUD 1945, tetapi hanya pada aspek pemilihan presiden.

"Jadi yang ditolak itu terkait dengan pemilihan presiden karena ada persepsi seolah dengan amandemen terbatas pemilu presiden akan dilaksanakan oleh MPR padahal prinsip kedaulatan rakyat tetap dijalankan sebaik baiknya," kata Hasto di Kompleks Parlemen RI, Jakarta, Jumat (16/8).

Terkait hal itu, Hasto mengatakan, amandemen terbatas tidak masuk dalam ranah pemilu presiden (pilpres) secara langsung oleh rakyat. Amandemen terbatas UUD 1945, menurut Hasto, memberikan haluan kepada negara untuk mementukan arah besar pembangunan bangsa. Sekjen PDIP ini pun meyakini, amandemen terbatas UUD 1945 tidak akan memengaruhi pilpres

"Tidak (pengaruh) karena seluruh kerja sama yang dilakukan termasuk dengan presiden semata didedikasikan bagi kepentingan haluan negara kita," ujar dia.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَفَمَنْ هُوَ قَاۤىِٕمٌ عَلٰى كُلِّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْۚ وَجَعَلُوْا لِلّٰهِ شُرَكَاۤءَ ۗ قُلْ سَمُّوْهُمْۗ اَمْ تُنَبِّـُٔوْنَهٗ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِى الْاَرْضِ اَمْ بِظَاهِرٍ مِّنَ الْقَوْلِ ۗبَلْ زُيِّنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا مَكْرُهُمْ وَصُدُّوْا عَنِ السَّبِيْلِ ۗوَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ هَادٍ
Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap jiwa terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang lain)? Mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah. Katakanlah, “Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu.” Atau apakah kamu hendak memberitahukan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di bumi, atau (mengatakan tentang hal itu) sekedar perkataan pada lahirnya saja. Sebenarnya bagi orang kafir, tipu daya mereka itu dijadikan terasa indah, dan mereka dihalangi dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang memberi petunjuk baginya.

(QS. Ar-Ra'd ayat 33)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement