REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pedagang pelat nomor kendaraan di Jalan Matraman, Jakarta Timur, mengaku diuntungkan dengan penerapan rekayasa lalu lintas ganjil genap karena jumlah pesanan meningkat sejak sebulan terakhir. "Hari ini pesanan alhamdulillah naik 50 persen. Dari kemarin, pesanan ada aja," kata pedagang pelat nomor kendaraan, Teguh (33), di Jakarta, Senin (9/9).
Pemesanan pelat nomor buatan di kios yang terletak berseberangan dengan shelter Transjakarta Jalan Matraman itu terjadi sejak sebulan terakhir saat sosialisasi ganjil genap diberlakukan. Hampir setiap hari, kata Teguh, konsumen baru berdatangan memesan pelat nomor dengan angka akhir gajil maupun genap."Ada juga yang minta plat nomor aslinya dibuatkan duplikat dengan nomor akhir genap atau ganjil," ujarnya.
Harga yang dipatok pun beragam, mulai dari Rp 100 ribu sepasang, hingga Rp 180 ribu per pasang. Perbedaan harga itu didasari waktu pembuatan.
Semakin mahal harganya, semakin cepat pula proses pembuatannya. "Kalau yang harga Rp 180 ribu, bisa ditunggu paling lama dua jam. Saya kesampingkan dulu pengerjaan yang harganya Rp 100 ribuan," katanya.
Pedagang pelat nomor lainnya, Ipung (45) mengatakan hal serupa, namun tidak seluruh pesanan konsumen sanggup dia kerjakan. "Biasanya yang ribet itu kalau harus dibuat logo Polri. Saya tidak berani, bisa kena hukum," katanya.
Semenjak sosialisasi ganjil genap berlangsung, kata dia, tidak kurang dari lima orang konsumen dilayani setiap hari. "Kadang saya keteteran juga kalau harus sebanyak itu. Soalnya proses pembuatan kan langsung di kios. Yang ngerjain saya sendirian," katanya