Rabu 30 Oct 2019 00:50 WIB

Petani Harap Kementan Fokus Kembangkan Bibit Bawang Putih

Hanya 40 persen produksi bawang putih lokal yang bisa digunakan untuk bibit.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Bibit bawang putih
Foto: Kementan
Bibit bawang putih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Hortikulturan Nasional (AHN) meminta Kementerian Pertanian untuk lebih fokus pada pengembangan bibit bawang putih yang mampu menyamai impor. Ketua Umum AHN, Antom Muslim Arbi mengatakan, masalah utama komoditas bawang putih saat ini ada pada ketersediaan bibit unggul.

Ia mengatakan, Kementan melalui badan riset diharapkan bisa menemukan bibit yang bisa menghasilkan bawang putih seperti dari Cina. Masalah utama pada bibit yakni ukuran yang jauh lebih kecil sehingga bobot ikut rendah.

Baca Juga

"Setelah pemerintah menganggap pembibitan dalam negeri sudah cukup, impor bibit disetop. Sekarang, persoalannya bagaimana bibit kita bisa menyamai seperti Cina," kata Anton kepada Republika.co.id, Selasa (29/10).

Menurut Anton, dari rata-rata produktivits bawang putih lokal sebanyak 8 ton per hektare, hanya 40 persen yang bisa digunakan untuk bibit. Sisanya, dijual ke pasar bebas dan bersaing dengan produk impor.

Ia pun mengakui, harga bibit lokal saat ini masih di kisaran Rp 50-60 ribu per kilogram (kg), jauh lebih tinggi daripada harga bawang putih di pasar sekitar Rp 30 ribu per kg. Mahalnya harga bibit cukup menyulitkan petani dengan hasil ukuran siung bawang putih yang jauh lebih kecil.

Itu sebabnya, kata Anton, mayoritas dari kebutuhan bawang putih nasional per tahun sebesar 600 ribu ton masih dipenuhi dari impor. "Memang ini perlu dibenahi soal bibit. Menteri Pertanian kita harap mau membuka ruang bicara bersama petani dan perusahaan importir yang wajib tanam," kata Anton.

Di sisi lain, ia mengimbau agar Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan dalam menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dan Persetujuan Impor (PI) melibatkan petani dan importir agar kontrol lapangan diketahui secara detail.

Anton menilai, pemerintah sejauh ini cenderung berjalan sendiri-sendiri sehingga pengawasan di lapangan cukup lemah. Ketika ditemukan pelanggaran, aparat penegak hukum langsung bertindak dan menjatuhkan sanksi. Padahal, kata dia, amat banyak kendala yang dihadapi petani dan importir dalam membudidayakan bawang putih.

Lebih lanjut, AHN pun meminta agar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk tidak pesmistis terhadap upaya untuk menuju swasembada bawang putih. Karenanya pemerintah harus memperkuat riset dan teknologi. "Jangan pesmistis karena itu akan mempengaruhi pasar. Saya berharap ada terobosan dari menteri yang baru," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement