Sabtu 23 Nov 2019 20:33 WIB

Stafsus Kalangan Milenial Disebut Hanya Politik Akomodatif

Jokowi memilih stafsus milenial agar dianggap peduli dengan generasi milenial

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Esthi Maharani
Presiden Joko Widodo (keempat kiri) bersama staf khusus yang baru dari kalangan milenial (kiri ke kanan) CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara, Peraih beasiswa kuliah di Oxford Billy Gracia Yosaphat Mambrasar, CEO dan Founder Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung, Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia dan Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Ma
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (keempat kiri) bersama staf khusus yang baru dari kalangan milenial (kiri ke kanan) CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara, Peraih beasiswa kuliah di Oxford Billy Gracia Yosaphat Mambrasar, CEO dan Founder Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung, Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia dan Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Ma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Direktur Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syahputra mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih tujuh Staf Presiden (Stafsus) dari kalangan milenial merupakan bentuk politik akomodatif. Ia melihat, stafsus yang terpilih merupakan tim sukses pasangan Jokowi-Ma’ruf dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

“Mereka yang terpilih mendukung Jokowi-Ma’ruf saat Pilpres 2019. Mereka juga orang-orang yang tidak biasa. Terbukti mereka anak konglomerat dan pendidikannya di luar Indonesia. Diantara yang terpilih juga memimpin organisasi pendukung Pak Jokowi,” katanya kepada wartawan usai diskusi 'Efek Milenial di Lingkaran Istana' di Hotel Ibis, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11).

Selain itu, kata dia, Presiden Jokowi memilih kalangan generasi milenial agar ia dianggap peduli dengan generasi milenial di kalangan pemerintahan. Ia juga menilai kedudukan stafsus tidak terlalu kuat karena diposisikan sebagai teman diskusi Jokowi.

Dedi menambahkan jika memang benar Presiden Jokowi mendengarkan stafsus dari kalangan milenial ini berarti lima tahun ke depan harus ada inovasi. Salah satunya meringkas birokrasi.

“Tetapi kalau birokrasi tetap sama berarti stafsus milenial tidak ada fungsi dan tidak berpengaruh sama sekali. Dilihat saja hasil kedepannya nanti seperti apa,” kata dia.

Sebelumnya diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan daftar staf khusus yang akan bertugas membantunya selama lima tahun ke depan. Total, ada 14 posisi staf khusus presiden yang bekerja di bawah komando Jokowi.

Namun ada tujuh nama anak muda, yang dikenalkan secara khusus oleh Presiden Jokowi kepada awak media di beranda belakang Istana Merdeka. Mereka merupakan profesional muda berusia di bawah 37 tahun yang rata-rata telah mengenyam pendidikan dari universitas top dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement