Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Lembaga internasional untuk buruh migran (International Organization for Migration/IOM) yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sepakat menjalin kerja sama dengan perusahaan jasa keuangan berbasis blockchain, Diginex.
Kerja sama dilakukan dalam hal pembuatan alat khusus untuk mencegah praktik eksploitasi pekerja migran di Hong Kong. Alat yang dirancang dengan teknologi blockchain ini nantinya bakal digunakan oleh sekitar 1.500 agen perekrutan pekerja rumah tangga migran yang beroperasi di Hong Kong dan juga beberapa agen lain dari negara pengirim pekerja. Sistem ini sendiri diberi nama International Recruitment Integrity System Self-Assessment for Ethical Recruitment (IRIS-SAFER).
Penggunaan blockchain dalam proyek ini dimaksudkan untuk memastikan agar data pekerja migran yang tercatat dapat tersimpan dengan aman dan tidak lagi bisa diubah-ubah. Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi blockchain diharapkan dapat menghasilkan integritas data, transparansi, dan visibilitas yang lebih maksimal.
Baca Juga: Rolls Royce Tantang SIA Kulik Blockchain untuk Penerbangan
Sebagaimana diketahui, Hong Kong saat ini merupakan ‘rumah’ bagi hampir 390.000 pekerja migran, dengan 98 persen diantaranya adalah perempuan dan 56 persen lagi dilaporkan telah dikenakan biaya illegal (pungutan liar/pungli) oleh agen perekrutan.
“Dengan menggunakan IRIS-SAFER, agen akan mempelajari apa yang merupakan standar etik rekrutmen global. Selanjutnya (standar) itu akan diterapkan dalam sistem kerja mereka sebagai bentuk komitmen bersama. Dengan proyek ini, kami menarik pekerjaan global IOM dan menyesuaikannya dengan pengalaman khusus dalam merekrut pekerja rumah tangga migran di Hong Kong,” ujar Kepala Proyek IOM China, Giuseppe Crocetti.
Baca Juga: Thailand Perkuat Sistem Visa Elektronik Lewat Blockchain
Setelah meluncurkan sistem di Hong Kong dan negara-negara lain yang tidak ditentukan, IOM juga berencana menerapkan sistem tersebut dalam skala global. Sementara itu, Diginex diketahui pada Juli lalu telah tercatat sebagai perusahaan publik di bursa Nasdaq. Oktober lalu, Diginex juga bergabung dengan Global Digital Finance, badan industri yang mendorong percepatan dan adopsi keuangan digital, sebagai salah satu anggota pendiri.
Kerja sama IOM-Diginex ini sendiri bukan merupakan proyek pertama PBB dalam inisiatifnya terhadap pengimplementasian teknologi blockchain. Pada akhir tahun lalu, misalnya, The United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang merupakan entitas lembaga PBB di bidang pemberantasan narkoba dan praktik kejahatan dilaporkan telah menjalin kemitraan dengan perusahaan telemedicine dan telepsychology berbasis docchain untuk memperluas layanan kesehatan dasar gratis di seluruh Kawasan Afrika Timur.