REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berupaya mendorong pembangunan ekonomi nasional melalui berbagai proyek seperti jalan tol, transportasi, energi, listrik, konstruksi dan telekomunikasi. Kemudian mendukung sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan kebijakan mempromosikan investasi bersama dengan konsumsi domestik yang kuat, akan menjadi sumber utama pertumbuhan inklusif. "Mempercepat kegiatan investasi adalah peluang besar untuk mengembangkan kapasitas produksi, yang pada gilirannya akan menciptakan lapangan kerja yang besar dan pada akhirnya menumbuhkan ekonomi," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (6/2).
Sementara Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Rumantir menambahkan Indonesia memiliki modal yang besar untuk menarik investasi langsung. Salah satunya stabilitas ekonomi di tengah tren perlambatan ekonomi global.
"Jika dibandingkan dengan emerging market lainnya, kinerja ekonomi Indonesia lebih baik. Misalnya, pertumbuhan China menurun dari 6,6 persen pada 2018 menjadi 6 persen pada Januari-September 2019, India merosot tajam dari 7,2 persen menjadi 4,5 persen pada periode yang sama," ujar Silvano.
Salah satu faktor pendorong ekonomi, lanjut Silvano, adalah pertumbuhan investasi. Pada 2018 tercatat investasi tumbuh kuat, sebesar 6,67 persen. Meskipun sempat melambat menjadi 4,75 persen secara tahunan pada Januari-September 2019, seiring dengan berakhirnya tahun politik, stabilitas ekonomi dan politik akan semakin baik.
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Dannif Danusaputro mengaku optimistis iklim investasi, termasuk pertumbuhan pasar modal, pada tahun ini akan lebih positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Mandiri Sekuritas mencatatkan nilai transaksi total Rp 334,7 triliun, menempati peringkat pertama di Bloomberg League Table dengan pangsa pasar 7,6 persen dari total transaksi saham BEI sebesar Rp 4.424 triliun," jelasnya.