Senin 23 Mar 2020 22:51 WIB

UGM: Masyarakat Jangan Sembarangan Konsumsi Klorokuin

Guru Besar Farmasi UGM mengingatkan masyarakat jangan sembarangan konsumsi klorokuin.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bayu Hermawan
Kotak berisi obat klorokuin.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Kotak berisi obat klorokuin.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Zullies Ikawati menganjurkan agar masyarakat tidak secara sembarangan mengonsumsi obat klorokuin. Walaupun, obat itu dianggap bisa mengobati penyakit Covid-19.

Zullies menegaskan, klorokuin itu termasuk obat dengan kategori keras dan memiliki efek samping. Karenanya, penggunaan klorokuin memang tidak bisa sembarangan dan harus menggunakan resep dokter. "Sebaiknya digunakan bagi mereka yang sudah positif kena atau suspect," kata Zullies, Senin (23/3).

Baca Juga

Zullies menjelaskan, klorokuin awalnya obat antimalaria, kemudian digunakan sebagai imunosupresan ke pasien dengan penyakit autoimun seperti lupus atau artritis rematoid. Belakangan, klorokuin disebut memiliki efek antiviral.

Setelah itu, klorokuin bahkan digunakan untuk mengatasi Covid-19 di Cina. Seperti diketahui, klorokuin menjadi satu dari dua obat yang baru-baru ini dipesan pemerintah sebagai obat untuk Covid-19, selain favipiravir (Avigan).

"Klorokuin memang dilaporkan memiliki efek antiviral yang kuat terhadap virus SARS-CoV. obat ini bekerja mengikat reseptor seluler angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) yang merupakan tempat masuknya virus SARS-CoV, sehingga menghambat masuknya virus ke dalam sel," ujar Zullies.

Selain itu, klorokuin mampu meningkatkan pH endosomal yang menyebabkan hambatan replikasi virus karena membutuhkan suasana asam. Tapi, kategori obat keras harus memakai resep dokter dan dipakai yang positif atau tersangka Covid-19.

"Bila tidak terkena lalu mengonsumsi, maka efeknya tidak kecil seperti gangguan penglihatan dan terjadinya abnormalitas pada jantung," kata Zullies.

Zullies menyarankan agar masyarakat tidak ikut menimbun dua macam obat itu. Serta, tetap menjaga kesehatan dengan meningkatkan sistem imun tubuh dengan menjaga kebersihan dan olahraga secara teratur di rumah.

"Sering cuci tangan, hindari kerumunan, jaga jarak  dan jangan stress, tetap waspada tapi tidak panik," ujar Zullies.

Zullies turut menerangkan, jahe merah yang disebut mampu mencegah Covid-19. Ia menilai, itu belum bisa dibuktikan karena diperlukan penelitian lebih lanjut, jadi efektif atau tidaknya belum bisa dibuktikan.

Terlebih, Covid-19 merupakan penyakit yang baru saja muncul. Maka itu, untuk mencegah terinfeksi Covid-19, ia menganjurkan untuk mengonsumsi makanan bergizi dan melakukan olahraga secara teratur.

"Sebaiknya melakukan olahraga di rumah, bisa dilakukan dengan senam atau olahraga ringan minimal 30 menit sehari," kata Zullies.

Terkait pasien yang bisa sembuh dari corona, Zullies menilai kasus kematian setelah positif Covid-19 lebih banyak dijumpai di pasien yang lanjut usia serta memiliki penyakit penyerta seperti jantung, hipertensi, dan diabetes.

"Mungkin kondisi itu yang memperberat infeksinya," ujar Zullies.

Sedangkan pasien positif corona yang bertahan dan berhasil sembuh, ungkap dia, pasien itu mendapatkan terapi pada saat yang tepat dan memiliki sistem imun yang lebih baik. Sehingga, pasien tersebut lebih cepat mengeliminasi virusnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement