Rabu 25 Mar 2020 17:18 WIB

IDI Yakinkan Keamanan Tenaga Medis Karena Gunakan APD

Masyarakat diminta jangan memberi stigma negatif kepada tenaga medis.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Friska Yolandha
Perawat mengenakan pakaian alat pelindung diri (APD) berada di Ruang Isolasi Infeksi Khusus (RIIK) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Jumat (24/1).
Foto: Abdan Syakura
Perawat mengenakan pakaian alat pelindung diri (APD) berada di Ruang Isolasi Infeksi Khusus (RIIK) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Jumat (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta pemerintah untuk membantu meyakinkan masyarakat akan kesehatan tenaga medis yang merawat pasien corona. Hal tersebut dia sampaikan menyusul adanya penolakan terhadap dokter dan perawat pasien Covid-19 oleh tetangga di lingkungan domisili mereka tinggal.

"Mohon pemerintah meyakinkan masyarakat bahwa petugas kesehatan tersebut aman dari tertular karena sudah dilengkapi APD (alat pelindung diri) yang lengkap,"  kata Ketua PB IDI Daeng M Faqih kepada Republika.co.id di Jakarta, Rabu (25/3).

Baca Juga

Sebabnya, dia menekankan bahwa penyediaan APD penting untuk memberi keyakinan ke perugas kesehatan dan masyarakat. IDI saat ini mengaku masih kekurangan APD untuk dikenakan kepada pars petugas medis saat merawan pasien terpapar virus Covid-19 alias corona.

IDI meminta pemerintah untuk terus memberikan pasokan APD kepada para tenaga medis. APD terus dirasa mengalami kekurangan menyusul peningkatan jumlah pasien yang cukup signifikan di Indonesia khususnya Jakarta.

Daeng Faqih sebelumnya menjelaskan bahwa kebutuhan APD akan sejalan dengan peningkatan jumlah penderita virus Covid-19. Dia menjelaskan, asumsinya berdasarkan hitungan para ahli bahwa kebutuhan APD adalah 20 persen dari jumlah pasien terjangkit virus.

Lebih lanjut, dia memparkan, setiap rumah sakit biasanya memberlakukan sistem jaga bergilir atau shift jaga untuk merawat pasien. Dia mengatkaan, idealnya sehari ada tiga shift jaga namun mungkin karena darurat bisa hanya dua putaran jaga saja.

Faqih melanjutkan, setiap shift minimal ada tenaga dokter konsulen, dokter jaga, perawat, petugas gizi, petugas bersih-bersih dan petugas sampah medis. Artinya, dia mengatakan, dibutuhkan paling tidak lima hingga enam set APD dalam satu giliran jaga.

Artinya, dia memprediksi kebutuhan minimal APD adalah jumlah petugas per shift jaga dikali jumlah shift dalam sehari dikali jumlah keseluruhan pasien yang dirawat dikali berapa hari dirawat. Kemudian dikalikan lagi lima untuk mencapai 100 persen dari total keseluruhan yang terjangkit.

"Kami sangat berharap semua pihak secara gotong royong membantu untuk memenuhi segera kebutuhan APD," kata Daeng Faqih lagi.

Sebelumnya, tenaga kesehatan seperti perawat yang menangani pasien terinfeksi virus SARS-CoV2 (Covid-19) atau sering disebut corona justru mengalami nasib miris. Mereka terpaksa keluar dari kosan-nya lantaran stigma yang timbul di masyarakat.

Penolakan terhadap dokter dan perawat pasien Covid-19 oleh tetangga di lingkungan domisili tinggal mereka di Jakarta Timur sudah terjadi sejak Ahad (22/3) lalu. Kini mereka ditampung di tempat tinggal sementara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement