Ahad 29 Mar 2020 09:09 WIB

Rusia Klaim telah Ciptakan Obat Virus Covid-19

Badan Biomedis Federal Rusia mengklaim menciptakan obat virus corona.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Rusia Klaim telah Ciptakan Obat Virus Covid-19. Foto: Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Foto: CDC via AP, File
Rusia Klaim telah Ciptakan Obat Virus Covid-19. Foto: Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengklaim telah menciptakan obat untuk menyembuhkan pasien yang terjangkit virus corona atau Covid-19. Obat yang disebut berbahan dasar Mefloquine itu berfungsi mencegah replikasi virus dalam sel dan sebagai akibatnya menghentikan proses peradangan yang disebabkan virus.

Hal itu disampaikan Badan Biomedis Federal Rusia dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (28/3) waktu setempat seperti dilansir dari kantor berita Turki, Anadolu Agency, Ahad (29/3). Kepala badan tersebut, Veronika Skvortsova, mengatakan Mefloquine harus dikombinasikan dengan antibiotik agar efeknya maksimal.

Baca Juga

Dengan begitu akan memungkinkan peningkatan konsentrasi agen antivirus dalam plasma darah dan paru-paru. "Ini akan memastikan pengobatan yang efektif bagi pasien dengan berbagai tingkat infeksi coronavirus," kata Skvortsova.

Sebelumnya, pada hari yang sama yakni Sabtu (28/3), pemerintah Rusia mengumumkan 228 kasus baru dari virus korona, sehingga jumlah total kasus infeksi Covid-19 di negara itu menjadi 1.264, dengan enam kematian. Sebanyak 49 orang sejauh ini dinyatakan sembuh dari virus.

Dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus corona, Rusia telah melarang masuknya warga negara asing dan membatalkan semua penerbangan internasional. Pihak berwenang setempat juga mempertimbangkan larangan pergerakan di dalam negeri.

Setelah pertama kali muncul di Wuhan, China, pada Desember lalu, virus Covid-19 ini telah menyebar ke setidaknya 177 negara dan wilayah, menurut data yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University yang berbasis di AS.  Data menunjukkan lebih dari 618 ribu kasus telah dilaporkan di seluruh dunia, dengan angka kematian melebihi 28.600, dan lebih dari 135.700 pemulihan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement