Rabu 17 Jun 2020 00:06 WIB

Wisatawan Bisa Jadi Pemicu Gelombang Dua Covid-19

Pakar manajemen krisis menilai wisatawan bisa jadi pemicu gelombang dua Covid-19

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Wisatawan mengambil gambar kawah Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur. Pakar manajemen krisis menilai wisatawan bisa jadi pemicu gelombang dua Covid-19. Ilustrasi.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Wisatawan mengambil gambar kawah Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur. Pakar manajemen krisis menilai wisatawan bisa jadi pemicu gelombang dua Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG - Para wisatawan 'nekat' bisa menjadi pemicu gelombang kedua pandemi Covid-19 karena mereka abai terhadap protokol kesehatan. Pendapat ini disampaikan pakar komunikasi dan manajemen krisis Universitas Brawijaya (UB) Maulina Pia Wulandari.

Menurut Pia, wisatawan nekat ini hanya senang menikmati perjalanan wisatanya. Akan tetapi mereka cuek dan tidak patuh pada protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 yang masih terus mengancam.

Baca Juga

"Yang perlu diwaspadai adalah wisatawan nekat ini. Saya prediksi jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan wisatawan yang bijak dalam berwisata dan patuh dengan protokol kesehatan," ujar Pia di Malang, Selasa.

Mereka bisa mempercepat penularan Covid-19 di tempat-tempat pariwisata akibat rendahnya kesadaran akan bahaya virus dan disiplin diri untuk mematuhi protokol kesehatan. Pia mengatakan ada beberapa tipe wisatawan yang harus dipahami para pelaku industri wisata.

Pertama, wisatawan pergi berlibur masih dalam keadaan cemas dan khawatir akan tertular virus Covid-19, tapi butuh liburan. Kedua, wisatawan ingin berlibur sendirian atau dengan keluarga inti, naik kendaraan pribadi dengan jarak tidak jauh. Kelompok ini menikmati keindahan alam, pergi ke tempat yang tidak banyak didatangi oleh pengunjung, dan tidak menghabiskan biaya yang besar.

Ketiga, wisatawan ingin memastikan dan harus merasa yakin bahwa hotel, tempat wisata, restoran, kafe, dan tempat oleh-oleh yang akan dikunjungi betul-betul memenuhi tiga unsur utama pariwisata yakni kebersihan, kesehatan, dan keselamatan. Dengan kondisi wisatawan yang seperti itu pelaku industri pariwisata dapat mengindentifikasi beberapa tipe wisatawan yaitu wisatawan paranoid, takut yang berlebihan akan tertular virus Covid-19.

Selain itu ada wisatawan stay alert yang selalu waspada pada bahaya Covid-19. Wisatawan travel wise yang tetap menikmati perjalanan wisatanya, namun tetap patuh pada protokol kesehatan.

Industri pariwisata di Tanah Air mulai menggeliat sejalan dengan diberlakukannya kebijakan normal baru oleh pemerintah. Fakta menunjukkan masyarakat merasa jenuh dan stres akibat kebijakan physical distancing atau PSBB sehingga masyarakat sudah tidak sabar untuk segera berwisata.

Namun, ada kekhawatiran baik dari masyarakat dan para pelaku industri pariwisata terhadap masalah-masalah yang akan muncul jika industri pariwisata mulai beroperasi. Pia menuturkan industri pariwisata bisa menjadi pemicu terjadinya gelombang kedua (second wave) pandemi Covid-19 jika tidak dipersiapkan dengan matang dan cermat.

Karena itu, pelaku industri pariwisata harus benar-benar menganalisis segala risiko dan kemungkinan yang timbul dengan dibukanya industri banyak mengundang berkumpulnya orang. Menurut dia, sebelum industri ini dibuka, para pelaku pariwisata harus benar-benar memahami pandangan wisatawan pada kondisi pariwisata yang diharapkan selama pandemi ini berlangsung.

Pelaku industri pariwisata yang hanya menerapkan protokol kesehatan di pekan awal saat beroperasi atau tidak disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan juga dapat memicu percepatan penularan Covid-19. Pia merekomendasikan pelaku industri pariwisata agar jangan hanya sibuk promosi dengan memberikan diskon besar-besaran, seperti paket pariwisata yang murah, tapi melupakan esensi apa yang sebenarnya diinginkan oleh wisatawan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement