REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo bertemu dengan diplomat China, Yang Jiechi, di Hawaii pada Rabu (17/6). Pertemuan ini digambarkan sebagai dialog konstruktif antara kedua negara yang sedang bersitegang.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, mengatakan dalam pertemuan tersebut Pompeo menekankan perlunya kesepakatan timbal balik antar kedua negara. Kesepakatan ini harus berlaku di seluruh bidang termasuk komersial, keamanan, dan diplomatik.
"Dia juga menekankan perlunya transparansi penuh dan berbagi informasi untuk memerangi pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung dan mencegah wabah di masa depan," ujar Ortagus.
Beijing juga mengatakan kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan kerja sama. AS dan China pun menyetujui untuk mengambil tindakan untuk mengimplementasikan konsensus yang dicapai oleh para pemimpin kedua negara.
"Kedua pihak sepenuhnya mengartikulasikan posisi masing-masing negara mereka dan percaya bahwa ini adalah dialog yang konstruktif," kata kantor berita resmi China Xinhua.
Pertemuan di Honolulu dimulai sekitar pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 15.50 waktu setempat. Pertemuan tersebut tidak merinci tentang keputusan terbaru AS dengan menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Muslim Uighur dan pernyataan terhadap Undang-Undang Keamanan Hong Kong.
Saat pertemuan berlangsung, Presiden AS Donald Trump menandatangani RUU yang menyerukan sanksi terhadap tokoh yang bertanggung jawab atas penindasan Muslim Uighur di wilayah Xinjiang, China. Secara terpisah pula, Menteri Luar Negeri dari negara-negara G7, termasuk Pompeo, mengeluarkan pernyataan yang menyerukan China untuk tidak menindaklanjuti dengan Undang-Undang Keamanan Hong Kong.