REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Pemerintah India mengatakan klaim China atas Lembah Galwan berlebihan dan dan tak dapat diterima. New Delhi berharap Beijing dapat mematuhi kesepakatan yang telah dibuat antara kementerian luar negeri kedua negara guna menjamin keamanan dan perdamaian di zona perbatasan.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) India mengatakan pasukannya sepenuhnya menyadari Line of Actual Control (LAC), yakni garis perbatasan de facto dengan Cina di sepanjang Ladakh, termasuk di dalamnya Lembah Galwan. “Mereka (pasukan India) mematuhinya dengan cermat di sini, seperti yang mereka lakukan di tempat lain. Pihak India tidak pernah melakukan tindakan di seberang LAC,” kata juru bicara Kemlu India Anurag Srivastava, dikutip laman Times of India, Ahad (21/6).
Dia menegaskan semua pembangunan yang dilakukan India di Ladakh berada dalam teritorialnya. Pernyataan itu menyindir komentar China yang menyebut pasukan India telah melanggar LAC dan memasuki wilayah negaranya.
Beijing telah mengklaim bahwa India telah secara sepihak membangun jalan serta jembatan di LAC sejak April. Kemudian pada 6 Mei, pasukan India disebut melintasi perbatasan untuk membangun benteng serta barikade.
Merespons hal tersebut, India mengatakan sejak awal Mei, China telah menghalangi pola patroli tradisional India di LAC. Hal itu telah memicu bentrokan pasukan kedua negara di wilayah perbatasan.
Pada 6 Juni India dan Cina telah menyepakati deeskalasi di LAC. Kedua belah pihak menyatakan komitmen untuk menghormati dan mematuhi LAC serta tidak melakukan aktivitas yang dapat mengubah status quo.
Namun pada 15 Juni, pasukan India dan Cina kembali terlibat bentrok. Sebanyak 20 tentara dari pihak India tewas. Sementara Cina disebut memiliki 40 korban jiwa. Sama seperti sebelumnya, kedua negara kembali saling tuding menjadi pihak yang melanggar LAC.
Cina dan India memiliki perbatasan sepanjang 3.440 kilometer. Keduanya mempunyai klaim wilayah yang tumpang tindih. LAC adalah garis demarkasi yang memisahkan klaim wilayah kedua negara di Ladakh.
Karena medan perbatasan berupa sungai, danau, dan tebing bersalju, garis pemisah itu dapat bergeser. Hal tersebut menyebabkan pasukan patroli perbatasan kedua negara kerap bersinggungan dan tak jarang memicu perkelahian atau kontak fisik.