REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Penelitian dan Pengembangan Badan Keamanan Laut (Ditlitbang Bakamla) menjajaki penggunaan unmanned aerial vehicle (UAV) ataupesawat tanpa awak untuk pengumpulan informasi kemaritiman di laut. Dalam rangka hal tersebut, enam personel tim Litbang Bakamla melakukan peninjauan ke beberapa lokasi.
"Kunjungannya ini guna menjajaki Bakamla ke depan mempunyai UAV yang dapat diterbangkan dari kapal, serta berkemampuan dapat take off dan landing dengan jarak nol meter. Pengadaan UAV Bakamla tentu dengan spesifikasi yang disesuaikan pada operasi requirementnya," jelas Ketua Tim Litbang Bakamla Kolonel Bakamla Agus Hariyanto Ikhsanudin, dalam keterangan pers, Selasa (23/6).
Ada tiga lokasi yang menjadi tujuan kunjungan tersebut, yakni Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Sulaiman Bandung, PT LEN Bandung, dan PT DI (Dirgantara Indonesia) Bandung. Ketiganya disebut telah memiliki pengalaman dalam pengoperasian dan pembuatan pesawat tanpa awak.
Komandan Lanud Sulaiman menyebutkan, TNI Angkatan Udara saat ini telah memiliki skadron khusus untuk UAV, yaitu Skadron 51 berbasis di Pontianak. “Walaupun berbasis di Pontianak, namun skadron ini beroperasi di seluruh wilayah Indonesia,” kata dia.
Kemudian Manager System Engineering PT LEN menjelaskan kepada tim Litbang, perusahaannya secara konsorsium sedang membuat UAV kelas MALE atau Medium Altitude Low Endurance. Rencananya, pembuatan tersebut dapat selesai pada awal tahun 2022.
“Kami juga tengah mendesain system untuk Tactical UAV PUNA Wulung, yang memiliki kemampuan terbang lima jam, dengan ketinggian hingga 10 ribu kaki, serta mampu memiliki kecepatan 70 hingga 80 knots,” jelas dia.
Sedangkan dalam kunjungannya ke PT DI Bandung, tim Litbang diterima oleh Kadiv Desain dan Teknologi, Yuli beserta tim. Yuli menerangkan, PT DI bersama PT LEN ikut dalam konsinyering UAV PTTA Wulung, dengan kemampuan terbang lima jam
"Dengan ketinggian hingga 10.000kaki, berbahan bakar pertamax turbo, yang mampu memiliki kecepatan 70 hingga 80 knots,” ungkap dia.