Jumat 14 Aug 2020 09:14 WIB

Israel dan Uni Emirat Arab Normalisasi Hubungan

Israel dan Uni Emirat Arab meraih kesepakatan untuk sepenuhnya menormalisasi hubungan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan perjanjian damai antara Uni Emirat Arab dan Israel
Foto: EPA/Doug Mills
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan perjanjian damai antara Uni Emirat Arab dan Israel

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Israel dan Uni Emirat Arab meraih kesepakatan untuk 'sepenuhnya menormalisasi hubungan'. Palestina menyebut kesepakatan yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS) ini sebagai 'tusukan di belakang yang berbahaya'.

Dalam perjanjian yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, Israel mengatakan setuju 'menunda' aneksasi tanah Palestina di Tepi Barat. Tapi rencana itu 'tetap di atas meja (opsi yang masih dipertimbangkan)'.

Baca Juga

Uni Emirat Arab adalah negara Teluk Arab pertama dan negara Arab ketiga setelah Mesir dan Yordania yang mengumumkan akan mengaktifkan hubungan dengan Israel. Gedung Putih mengatakan kesepakatan yang mengejutkan ini hasil dari diskusi antara Israel, Uni Emirat Arab, dan AS.

Di Twitter, Trump mengatakan perjanjian Israel-Uni Emirat itu sebagai 'terobosan besar'.  Perjanjian ini diumumkan usai Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan putra mahkota Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan sambungan telepon.

"Terobosan diplomatik bersejarah ini akan memajukan perdamaian di kawasan Timur Tengah dan merupakan bukti diplomasi dan visi kuat tiga pemimpin dan mendorong Uni Emirat Arab dan Israel untuk memetakan jalur baru yang akan membuka potensi besar di kawasan," kata Israel dan Uni Emirat Arab dalam pernyataan gabungan mereka seperti dilansir Aljazirah pada Jumat (14/8).

Pernyataan itu menyebutkan delegasi dari Israel dan Uni Emirat Arab akan bertemu dalam beberapa pekan ke depan. Mereka akan menandatangani perjanjian dalam bidang investasi, pariwisata, penerbangan langsung, keamanan, telekomunikasi, dan isu-isu lainnya.

Di Gedung Putih, Trump mengatakan ia berharap negara-negara muslim di Timur Tengah mengikuti langkah Uni Emirat Arab. Ia mengatakan kini es yang membekukan hubungan kedua negara telah mencair.

"Saya berharap lebih banyak negara Arab dan muslim yang mengikuti langkah Uni Emirat Arab," katanya.

Netanyahu merespons cicitan Trump yang mengunggah pernyataan gabungan Israel-Uni Emirat Arab. Perdana Menteri Israel itu mengatakan 'hari yang bersejarah'. Dalam konferensi pers ia mengatakan sebagai bagian dari kesepakatan ia setuju untuk menunda aneksasi Tepi Barat.

"(Tapi kami) tidak akan menyerahkan hak kami terhadap tanah kami," kata Netanyahu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement