Rabu 21 Oct 2020 22:39 WIB

Dokter Penyintas Covid-19 Ingatkan Sejawat Pakai APD Standar

Tenaga kesehatan tak aman 100 persen dari Covid-19 meski sudah pakai APD.

Sejumlah tenaga kesehatan melengkapi Alat Pelindung Diri (APD) ketika bersiap untuk melakukan tes usap di Pekanbaru, Riau, Kamis (3/9/2020).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Sejumlah tenaga kesehatan melengkapi Alat Pelindung Diri (APD) ketika bersiap untuk melakukan tes usap di Pekanbaru, Riau, Kamis (3/9/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai penyintas Covid-19, dr Muallim Hawari mengingatkan para tenaga kesehatan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) secara baik dan benar sesuai risikonya. Manajer Pelayanan Medis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta itu mengatakan, sebagai tenaga kesehatan, tertular Covid-19 merupakan risiko profesi di tengah pandemi seperti saat ini.

"Penggunaan APD yang baik dan benar merupakan sebuah keharusan," kata pria yang akrab disapa dr Alim dalam wawancara daring di acara Podcast Antara "Berisik", Rabu.

Baca Juga

Menurut dokter dari kalangan milenial itu, tenaga kesehatan tidak bisa menghindar 100 persen dari tertular Covid-19 meski menggunakan APD. Satu hal yang perlu diingat adalah fungsi APD bukan untuk menghilangkan penularan SARS-CoV-2, tetapi untuk menekan risiko tertular Covid-19.

Dokter penyintas Covid-19 itu mengatakan, tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri yang benar saja dapat tertular. Tenaga kesehatan yang tidak mengenakan APD sesuai standar keselamatan akan lebih rentan tertular. Dr Alim mengatakan, tenaga kesehatan memiliki tugas mulia untuk menyelamatkan banyak orang yang terinfeksi Covid-19.

"Pakailah APD sehingga tidak ada alasan takut menolong pasien yang membutuhkan. Karena ada yang pakai APD takut menolong, setengah-setengah. Kalau bukan kita yang menolong siapa lagi?" katanya.

Untuk masyarakat umum, di masa pandemi Covid-19, dr Alim mengingatkan pentingnya untuk #IngatPesanIbu sehingga tidak tertular Covid-19 dengan gerakan 3M, yaitu #MemakaiMasker #MencuciTangan dan #MenjagaJarak.

"Untuk masyarakat itu 3M. 3M itu sederhana agar dijadikan kebiasaan, benar-benar mendarah daging tidak hanya diucapkan, tapi menjadi sehari-hari yang kita lakukan," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement