Senin 26 Oct 2020 04:33 WIB

James Bond: No Time to Die Diincar Platform Streaming

Pihak sponsor kemungkinan tak setuju No Time To Die diputar di platform streaming.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Poster film James Bond: No Time to Die. Platform layanan streaming disebut tengah menjajaki kemungkinan untuk bisa memutar James Bond: No Time To Die.
Foto: Universal Pictures/MGM
Poster film James Bond: No Time to Die. Platform layanan streaming disebut tengah menjajaki kemungkinan untuk bisa memutar James Bond: No Time To Die.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apple, Netflix, dan layanan streaming lain menjajaki kemungkinan memperoleh film James Bond: No Time to Die yang awalnya dijadwalkan rilis pada April lalu. Pemutaran perdananya telah ditunda beberapa kali hingga 2021, karena jumlah infeksi kasus virus corona terus bertambah di berbagai belahan dunia.

MGM, studio di balik film No Time To Die, dilaporkan mengalami kerugian antara 30 juta dolar AS hingga 50 juta dolar AS (sekitar Rp 439 miliar hingga Rp 732 miliar) karena penundaan tersebut. Media Bloomberg pertama kali melaporkan diskusi tersebut yang menjadi topik utama di Hollywood pada pekan ini.

Baca Juga

Studio lain, seperti Paramount dan Sony, telah meraup puluhan juta dengan menjual film seperti Greyhound, Coming 2 America, dan Without Remorse ke layanan streaming saat bioskop terus berjuang tetap bertahan selama pandemi.

“Kami tidak mengomentari rumor. Film ini tidak untuk dijual. Perilisan film telah ditunda hingga April 2021 untuk mempertahankan pengalaman bagi penonton bioskop,” kata juru bicara MGM seperti dilansir dari Variety, Ahad (25/10).

Namun, beberapa orang dalam di studio dan perusahaan saingan mengatakan bahwa kemungkinan penjualan obligasi dieksplorasi secara terbuka. Mereka  percaya bahwa MGM setidaknya terbuka untuk kemungkinan membongkar film unggulannya itu dengan harga yang sangat besar.

Studio tersebut dikatakan sedang mencari kesepakatan sekitar 600 juta dolar AS (sekitar Rp 8,7 triliun), label harga yang dianggap terlalu mahal untuk dua layanan streaming pembelanjaan gratis. Penjualan sebesar itu akan dipimpin secara eksklusif oleh Ketua dan CEO pemilik mayoritas MGM, Anchorage Capital Group, Kevin Ulrich.

Belum jelas apakah produser Barbara Broccoli dan Michael G. Wilson melalui perusahaan mereka, Eon, akan menandatangani kesepakatan itu. Universal Pictures yang memiliki hak distribusi asing untuk No Time to Die harus dibuat utuh dalam setiap kemungkinan penjualan dan diganti untuk semua biaya yang dikeluarkan studio.

Perlu dicatat bahwa pihak-pihak yang terlibat akan menjajaki penjualan streaming, mengingat bahwa No Time To Die adalah film pertama yang mengubah tanggal rilis sebelum virus corona menjadi pandemi global. Memindahkan No Time to Die ke layanan streaming menimbulkan beberapa tantangan logistik.

Biaya produksi film itu lebih dari 250 juta dolar AS (sekitar Rp 3,6 triliun) dan menjalin beberapa kemitraan promosi untuk membantu membiayai biaya tersebut, termasuk Land Rover, jam tangan Omega, dan Heineken. Perusahaan-perusahaan itu mungkin mengharapkan film tersebut diputar di bioskop dan mungkin tidak setuju dengan haluan streaming semata.

Penjualan Coming 2 America ke Amazon, misalnya, bergantung pada mitra promosinya/ McDonald's dan Crown Royal ikut serta dengan perubahan dalam rencana itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement